Suatu siang langit tampak mendung selang beberapa saat hujan deras pun turun. Saat itu saya pun sedang diguyuri hujan. Kali ini saya lebih percaya diri tanpa rasa cemas dengan resiko jika harus basah kuyub. Maklum usia manusia tidak bisa menolak kodratnya yang rentan dengan sakit dan penyakit.
Kenapa saya tidak cemas kali ini? Lantaran ada persiapan mantel sederhana dan standar walau tidak semua pakaian terhindar dari hujan. Bagian lutut ke bawah. Kata mereka itu mantel hujan kelelawar.
Walau harus menempuh kurang lebih 30 km perjalanan pulang namun terasa tetap menyenangkan. Walau hujan lebat menurut saya ini hasil yang impas. Hampir setengah hari suasana terik bikin gerah saat melaksanakan kewajiban. Hujan lebat yang jarang-jarang terjadi bagi saya ini sebagai berkat bagi bumi. Maksudnya biar para petani bisa memanfaatkan curah hujan yang ada untuk keperluan bertani atau bercocok tanah. Banyak pihak kerap kuatir kalau kemarau terlampau panjang bisa jadi akan terjadi musim paceklik bahkan kelaparan. Ini bisa terjadi masalah sosial.
Di perjalanan itu, di bawah satu pohon nan rindang berdiri satu sosok bermantel. Lebih dekat sosok itu seorang perempuan. Orang dewasa dan pekerja. Yakin 100 persen. Tepat disamping saya, walau dari atas kendaraan roda dua namun saya perhatikan wajahnya tetap semangat dan penuh senyuman. Apakah saat itu dia tersenyum kepada saya? Entahlah.
Mungkin dalam hatinya dia hanya mau bilang kita senasib, bossqu. Dia tersenyum penuh. Dia tak mempedulikan cuaca yang sedang hujan lebat saat itu.
Dalam perjalanan saya berpikir ternyata dia mengabaikan masalah, dia menerima konsekuensi dari sebuah pilihan hidupnya. Ya mungkin saja karena sebuah pekerjaan dia harus menerima itu bahwa perjalanannya harus basah kuyup dan kedinginan. Atau ada pribadi-pribadi lain harus menerabas derasnya air hujan sepanjang perjalanan.
Apakah itu sebuah kenyataan yang mengecewakan?
Bagi saya itu realita kehidupan. Jika hidup dan masa depan sebuah pilihan. Artinya kita hidup atas pilihan-pilihan sadar kita. Orang lain memberi tanggung jawab kepada kita karena kesadarannya dan kita menerima karena pilihan sadar kita dan penuh rasa tanggung jawab. Jika ada masalah jangan pernah menyalahkan orang lain tapi refleksikan itu. Terima segala sesuatu dan jangan melimpahkan masalah kepada orang lain.
Seperti wanita pekerja itu. Apakah dia marah sama Tuhannya? Akan tetapi, ditengah hujan lebat dia tetap mengumbarkan senyuman. Senyuman yang memesona tentu berasal dari hati yang ikhlas. Pekerja yang baik dia tidak akan melalaikan tugasnya dan melimpahkan masalahnya pada orang lain. Dia menerima segala sesuatu dan bertanggung jawab atasnya.*
Yuk baca kisah mini lainnya yang menarik : Dyra Juliani Penumpang Misterius