Ilustrasi pixabay.com |
Kata mereka aku dilahirkan pada hari Minggu 27 September 1992. Ibu dan ayah melabeli aku quin. Saat aku masih kanak-kanak label itu begitu menghiasi hari-hari hidupku. Aku bangga dan bahagia rasanya jika teman-teman memanggil aku quin. Rasanya seperti jadi ratu sejagat. Kata mereka aku benar-benar ratu saat itu.
Ibu dan ayah begitu memanjakanku. Seluruh kasih sayang mereka curahkan untuk aku. Walau aku punya kakak laki-laki tapi mereka lebih memilih dan memanjakkan aku.
Namun ketika aku mulai duduk di bangku SMP label itu mulai mengganggu kebahagiaan masa lalu yang aku alami. Aku mulai malu. Kerap risih kalau aku dicandain ratu.
"Ratu?”
“Model kayak gini dipanggil ratu? Astaga…."
Itu sendiran dan cibiran yang menyebalkan dari teman-teman sekelasku bahkan beberapa teman sekolah aku. Label itu menjadi bengis dan horor bagi aku saat itu. Sejak saat itu, aku mulai membenci masa laluku. Rasanya ingin sekali melupakan romansa masa lalu yang bahagia dan kini telah menjelma menjadi horor.
Aku memang kecewa dengan teman-teman yang selalu mengerjai aku seperti itu. Tapi aku tetap tersenyum menghadapi candaan mereka. Walau lebih banyak menyakitkan.
Menghadapi situasi seperti ini aku selalu ingat kata ayah. Bahwa ratu itu seorang pemimpin. Ratu itu seseorang yang bijaksana. Makanya aku tetap bersikap bijaksana menghadapi teman-teman aku yang suka mem-bully itu.
Di masa SMA palingan teman sekelas di masa SMP dulu. Ia mencoba ngeledek aku. Namun tidak seintensif dulu. Mungkin anak-anak sudah pada paham. Bahwa panggilan quin itu panggilan manis dari orang tua untuk aku.
Ayah dan ibuku memberi nama aku Lady Eclesia. Di sekolah guru-guru dan sebagian besar teman memanggil aku Lady. Kata mereka itu sebuah nama yang cantik. Justru karena nama itulah mereka melabeli aku quin. Sebenarnya kata beberapa teman dekat aku, Lady orangnya good looking kok. Walau tak secantik Velove Vexia. Namun begitu, ada beberapa teman cowok yang memang ingin menjadikan aku pacarnya. Aku menolak dengan halus itikad baik mereka.
Soal pacaran, aku tak mau ikut trend. Aku punya prinsip. Be your self. Seperti kata bunda, "bahwa hidup adalah pilihan." Dan Set your priority.
Setelah menamatkan SMA aku melanjutkan kuliah di Surabaya. Di salah satu perguruan negeri ternama. Aku mengambil jurusan hubungan internasional. Ledakan quin seolah menguap dariku begitu saja. Mulai saat itu aku sudah berada dikomunitas orang dewasa. Komunitas yang lebih memprioritaskan urusan kuliah dari pada ngurusin orang lain.
Aku mulai menyadari arti quin yang kedua orang tua sematkan padaku. Ternyata seorang Lady harus bisa mandiri, sabar, dan bijaksana. Aku bukannya mau sombong kalau aku juga smart dan juara di jurusanku.
Ternyata Lady Eclesia itu sebuah nama yang diberikan seorang suster dari Filipina. Kebetulan ia sedang bertugas di Indonesia saat itu. Kata mereka suster itu cantik dan baik hati. Dialah yang mengurus semua proses kelahiran aku saat itu.
Kerana kelahiran aku yang begitu dinantikan makanya aku dipanggil quin. Aku mendapat jatah kasih sayang yang lebih besar dari abangku. Jarak kelahiran dengan abangku kurang lebih sepuluh tahun. Abangku adalah my guard angel.
Dan kini di usia ku yang ke-28 tahun baru kusadari aku adalah ratu bagi suamiku dan anak kami. Aku tidak tahu apa rancangan sang khalik bagi hidupku di masa yang akan datang? Yang jelas hidup menjadi ratu itu bukan menjadi seseorang yang ingin di puji dan disembah. Aku ratu yang melayani suamiku, mandiri, sabar dan bijaksana. dan tak lupa peduli dengan orang lain.
Jika masih ada yang mau mencoba ngeledek aku dengan quin ya terserah apa kata mereka. Aku sih fine-fine aja.☆
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!