Ilustrasi : Pixabay.com/Couleur |
Saya lebih suka menyebut rumah itu dengan gubuk. Hal ini bukan
untuk “merendahkan” makna rumah kediaman orang itu tapi ingin menggambarkan secara
keseluruhan hidupnya. Menggambarkan sosok penghuni rumah itu yang telah memberi
inspirasi bagi hidup saya. Maksudnya dengan segala kesederhanaannya telah
menggentarkan sanubari ini.
Orang itu telah berjasa dalam hidup saya. Dia memang tidak
memberi materi tapi disaat keyakinan diri ini mulai sirna dia berkata kepada
saya bahwa selalu ada harapan disetiap ujung penantian. Asalkan berharap kepada
Tuhan yang menyelenggarakan hidup kita.
Bapak itu bukan manusia setengah dewa. Dia manusia biasa
yang menikmati kesederhanaan. Menikmati setiap jejak-jejak ujian yang selalu
dialaminya. Tentang ujian itu saya akhirnya tahu ada pelangi sehabis hujan. Ada
mahkota di setiap perjuangan. Ada hasil di setiap proses.
Malam ini tak sengaja saya melewati jalan di depan rumahnya.
Tiba-tiba pengalaman “religius” kembali mengingatkan memori saya beberapa tahun
silam. Ketika keputusasaan makin dekat. Kami datang memohon nasihatnya. Dia tak
pernah menolaknya jika kita membagi beban. Wajahnya yang selalu memancarkan
kesehajaan menciptakan kedekatan tidak pakai lama. Mengenangnya tak dibatasi
oleh waktu.
Tak pakai klakson untuk menyapa penghuni gubuk itu. Dengan
kesadaran penuh dalam kegelapan malam saya menundukkan kepala tanda memberi rasa
hormat kepada pemilik gubuk itu. Ya walaupun dari atas motor saja.
Selama ini mungkin dia bertanya kemana orang itu saat ini? Kami
memang tak selalu datang. Namun dalam waktu tertentu kami berusaha dekat dalam
hati dan jiwa. Kesederhanaanmu selalu menggentarkan. Disetiap hati ini mengagumi
kesederhanaan hati ini pun mengingat dan mengenangmu.
Kesederhanaan sungguh memancarkan pesonanya sendiri. Kesederhanaan
yang bersumber dari hati akan menjadi mulia dan mengagumkan. Dunia membutuhkan jiwa-jiwa yang mengagumi
kesederhanaan dan menjadi dasar hidup orang itu walau ia dalam kelimpahan
harta.
Hai penghuni gubuk, kesibukan ini yang membatasi jarak kita.
Namun begitu, kebaikan yang telah kau tunjukkan selalu membekas tak pernah
lekang oleh waktu. Setiap detik saya mengenangmu juga mendoakanmu agar engkau
setegar kata-katamu. Nasihatmu dan juga kebijaksanaanmu.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!