Ilustrasi : Pixabay.com/Malsawm Tunglut |
Di sebuah desa ada seorang gadis terpelajar sering dicibir karena memiliki beberapa gambar tato di bagian tubuhnya. Ia adalah seorang gadis lulusan strata satu dari salah satu universitas kenamaan di Pulau Jawa.
Bagi masyarakat tradisional, melihat seorang wanita terpelajar memiliki tubuh tatoan maka wanita itu dianggap bukan wanita baik-baik. Ia bahkan dianggap tidak lebih baik dari seorang pramuria. Ditambah lagi ia kuliah di Jawa yang dalam pandangan mereka yang masih konservatif bahwa orang modern itu sudah mulai kehilangan adat budayanya.
Gadis itu sebenarnya sudah siap dengan resiko yang akan diterimanya. Ia juga tahu bukan kepada dirinya saja, dampaknya merembet ke orang tua serta keluarganya. Akibatnya ia mulai dipandang sebelah mata oleh anggota keluarganya sendiri. Bahkan ia dikucilkan dari rumahnya sendiri.
Kehidupan berubah drastis setelah ia kembali ke kampung halamannya. Tapi walaupun cobaan datang silih berganti ia tetap teguh pada pendiriannya. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa ia perlu membuat tato pada bagian tubuh tertentu.
PADA suatu hari di desa mereka kedatangan beberapa orang dokter PTT (pegawai tidak tetap) dari Kementerian Kesehatan RI. Dan rumah gadis bertato itu menjadi rumah tinggal salah seorang dokter selama masa kontrak (satu tahun). Maklum saja, orang tua dari gadis bertato ini adalah tokoh masyarakat di kampungnya. Mereka secara ekonomi cukup mapan dari anggota masyarakat yang lain.
Gadis bertato ini secara fisik cukup menarik perhatian kaum adam. Ia memiliki wajah yang cantik, tubuhnya proporsional kalau mau bilang: ia seksi. Kulit tubuhnya putih walau ia bukan orang keturunan China atau Jawa. Masalah yang membuat mayoritas masyarakat antipati kepada gadis itu karena ia memiliki tato saja.
Pak dokter yang tinggal di rumah gadis ini, kalau kita mau jodoh-jodohin, mereka berdua pas-mantap alias ideal.
Namun karena karena ia sering disentil, sikapnya kepada semua laki-laki terasa dingin. Memang gadis ini kelihatan jutek. Dokterpun jadi sungkan dan gelapan kalau harus berhadapan langsung dengan gadis itu.
Tapi ada sesuatu yang menarik dari gadis ini di mata seorang dokter itu. Gadis ini tidak seperti yang banyak disangkakan orang kepada dirinya. Sebaliknya ia baik, rajin beribadah dan suka menolong. Selain itu gadis ini cukup aktif dalam berbagai kegiatan sosial di kampungnya. Perilaku gadis ini semakin hari semakin menarik simpatik dari dokter muda itu.
Ada suatu peristiwa ketika dokter muda ini semakin menyukai gadis ini. Saat si dokter mengalami kecelakaan motor. Ia mengalami luka-luka yang cukup hebat. Dan orang harus membawanya seminggu di ruang opname di Puskesmas. Dalam kondisi pak dokter seperti ini maka gadis inilah yang merawatnya. Ia memperlakukan dokter muda itu seperti saudaranya sendiri. Sikap gadis bertato yang baik ini menumbuhkan benih-benih cinta dari dalam hati dokter tampan itu.
Setelah itu, si dokter semakin dekat dengan gadis bertato itu. Bersama gadis ini ia mengisi harinya selama masa kontrak. Masyarakat semakin "panas" melihat kedekatan dua orang itu. Terutama bunga-bunga desa yang "alim" saat melihat kemesraan dua sejoli itu, mereka makin marak menyebarkan fitnah.
Suatu hari setelah masa kontraknya selesai, dokter muda itu mengungkapkan isi hatinya bahwa ia mau melamar gadis bertato ini untuk menjadi istrinya.
"Hai, maukah kamu menjadi istri saya?" tanya dokter itu memohon.
"Kamu masih waras pak dokter mau memiliki istri seperti saya? Carilah gadis lain yang sepadan dengan kamu, dok!" Jawab gadis itu singkat tanpa ekspresi berlebihan.
Tak beberapa lama membisu dokter muda tadi kembali berkata kepada gadis itu lagi.
"Saya yakin kamu adalah wanita terbaik bagi hidup saya. Dan saya akan membawa kamu kedalam kehidupan saya," kata dokter itu sambil menatap dalam-dalam kedua mata gadis bertato itu.
Gadis itu memalingkan wajahnya dan mengajak dokter itu kembali ke rumah karena hari mulai malam.
Dalam perjalanan pulang gadis itu hanya berkata dalam hatinya.
"Tahukah kamu setiap gambar yang terpatri pada kulit tubuh ini melukiskan setiap kisah berharga dari hidup ini. Termasuk kamu nanti. Ya, jika kamu telah menetap di hati ini dan kamupun akan ada di sana. Gambar-gambar di kulit tubuh ini akan pudar dengan sendirinya jika kelak saya akan memiliki suami."
"Saya menunggu niat baiknya dan keluargamu untuk datang dan melamar saya dihadapan keluarga besar kami," pinta gadis itu dalam hatinya.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!