Ilustrasi - Sumber: Bugispos.com/Polres Maros |
Yang baik adalah kita menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih yang akan memilih calon pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik. Bukan menjadi pemilih yang primordial. Pemilih yang tidak termakan hoax lalu terprovokasi dan memprovokasi. Ini sikap yang keliru dan salah. Namun patut diketahui bahwa kita juga harus membedakan mana isu negatif, mana hoax dan mana kampanye hitam.
Dalam kehidupan berdemokrasi bahwa kampanye negatif dibolehkan. Yang dilarang adalah mengarang cerita bohong (hoax) dan melakukan fitnah keji (black campaign) - kampanye pembunuhan karakter (character assassination) kepada calon lainnya. Ini pelakunya akan ditindak tegas secara hukum. Fitnah adalah dosa dalam perspektif iman.
Pilkada itu Pesta Rakyat
Pilkada itu pesta rakyat. Secara sederhana diartikan pesta sama dengan bergembira ria. Disitu rakyat bersikap gembira dalam menentukan pemimpinnya tanpa paksaan atau intimidasi. Rakyat sebagai pemilik mandat dan kepada siapa dia akan memberikan mandat itu semua tergantung keputusan dia di bilik suara.
Kita juga perlu sadar bahwa pesta demokrasi itu adalah arena pertarungan politik. Politik itu dekat dengan bisnis. Sehingga banyak kekuatan besar "bermain" disana. Makanya kita bisa menemukan berbagai isu ketika memasuki tahun politik. Kadang berbagai akrobatik politik kerap mengganggu suasana batin masyarakat pemilih. Makanya pemilih cerdas jangan baper (terbawa perasaan) dan jangan sentimental. Sadarlah bahwa ini hanya game alias permainan.
Kita perlu tahu permainan politik yang berlebihan ditambah fanatisme pendukung calon kepala daerah masing-masing kadang membawa petaka dalam tatanan sosial masyarakat. Makanya pemerintah mengatur tata cara berpolitik (kampanye) agar ketertiban umum tetap terjaga.
Para calon pun sadar dan terima dengan konsekuensi dari keterlibatan mereka dalam Pilkada, misalnya. Bahwa hanya ada satu pemenang atau satu paket yang menerima mandat dari rakyat. Seperti pernyataan ini, "Dalam perang, Anda hanya bisa dibunuh satu kali, tetapi dalam politik Anda bisa dibunuh berkali-kali - (Winston Churchill, Inggris). Jika kalah dalam perhelatan Pilkada kali ini artinya masih ada kesempatan lain.
Kita bisa belajar dari Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat dalam karir politik-nya dia menderita empat belas kali kegagalan. Namun pada tahun 1861 ia akhirnya terpilih sebagai presiden Amerika Serikat ke-16.
Pada akhirnya kita harus sadar bahwa baik itu kemenangan maupun kekalahan merupakan sebuah fakta. Jadi jangan menolak fakta itu. Sebagai pemilih cerdas intinya jangan baper. Siapapun yang terpilih nantinya dia itu pemimpin bagi kita semua. Kalau kita marah-marahan, gontok-gontokan bahkan sampai lupa saudara mau dapat apa? Karena pada akhirnya kitalah yang menolong diri kita sendiri. Siapa mau help?*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!