Ilustrasi / Pixabay.com |
“Selama hidup, kita baru menggunakan sebagian kecil saja dari kemampuan berpikir kita yang tidak akan terbatas. Padahal kalau mau dengan sangat mudah kita bisa mempelajari empat puluh bahasa menghafal satu set ensiklopedia dari A sampai Z, dan bahkan untuk meraih gelar lengkap dari sekian akademik dan perguruan tinggi yang berjibun jumlahnya itu, kita juga mampu” - Ivan Yefremof – Cendikiawan, Uni Soviet.
Setiap orang memiliki goals yang berbeda beda. Goals sebagai sesuatu yang masih sangat jauh terlihat dalam pikiran dan bayang-bayang. Belum jelas, apalagi bagi seorang anak yang belum tahu akan mimpinya di suatu hari kelak mau jadi apa. Sebagai orang tua yang juga adalah guru di rumah, tentu memiliki cara pandang, mendidik dan membimbing anak agar suatu saat nanti bisa menjadi seperti kebanyakan orang sukses. Sukses itu bukan kebetulan, tetapi melalui proses panjang untuk meraihnya. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak-anak tidak terlepas dari seberapa jauh pendampingan anak dalam belajar. Jangan jangan apa yang dilakukan cenderung mimpi yang tinggi dengan mengabaikan proses itu sendiri.
Bodoh dan Pintar
Tidak ada anak yang bodoh dan pintar sejak lahir. Mereka yang pintar bukan secara kebetulan, tetapi proses menangkap makna yang terus dilakukan melalui pendampingan orang tua dan guru. Sedangkan anak yang bodoh bukan karena otaknya tidak berfungsi atau eror, tetapi kesempatan menangkap makna yang belum terjadi dalam otaknya. Kesempatan menangkap makna bisa terjadi melalui penglihatan, perasaan dan pendengaran. Apa yang dilihat, dirasa dan didengar akan tersimpan dalam memori otaknya.
Anak yang bodoh belum terbentuk folder-folder kepintaran dalam otaknya. Nah, sebagai orang tua dan guru tugas kita membentuk folder kepintaran yang bermanfaat dalam diri anak. Folder merupakan kumpulan file-file pengetahuan yang dibentuk oleh orang tua dan guru dalam setiap perkembangan anak. Jangan membiarkan anak sendiri membentuk foldernya. Di Lingkungan pergaulan anak tidak mungkin mendapatkan folder yang baik saja, tetapi antara yang baik dan buruk selalu seimbang, mungkin saja yang buruk lebih menarik untuk disimpan dalam memori anak. Jika anak sudah terbentuk folder yang tidak baik, maka untuk men-delete-nya butuh pendampingan ekstraordinary.
Memori Otak Anak
Apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium (bau) oleh indera akan tersimpan dalam folder memori otak. Lalu berapakah kemampuan otak untuk menyimpan folder dalam waktu yang lama ? Menurut penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Institut Salk La Jolla, California, USA disimpulkan bahwa kemampuan menyimpan data pada memori otak setidaknya sebanyak satu Petabyte, 10 kali lipat dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Satu Petabyte sebanding dengan 1.000 TB atau satu juta Gigabyte. Kita analogi saja, jika kita mendengarkan lagu dengan kapasitas memori satu Petabyte dengan masing-masing berdurasi empat menit, maka kita membutuhkan waktu untuk mendengarkan semua lagu tersebut adalah kira kira selama 2.000 tahun lamanya. Sungguh awesome bukan?
Artikel Terkait : Siswa Sering Bosan Belajar di Kelas? Guru Lakukan Langkah Berikut
Setiap anak terlahir dengan sempurna, memiliki otak yang belum terisi dengan file-file kehidupan. Sesuatu yang amazing buat anak. Ibarat orang tua membeli sebuah komputer atau laptop baru. Kemudian laptop itu diisi dengan file-file. Pada saat melakukan save atau Ctrl + S, memori komputer akan memproses dengan nama file yang disimpan. Ketika ingin membuka kembali file itu cukup mengingat nama file lalu diketik di kolom seach (mesin pencari) dalam hitungan detik komputer sudah membaca, menemukan dan menampilkan nama filenya. Pasti saja ada yang bilang itukan komputer, tidak sama dengan anak. Lalu otak komputer itu dibuat oleh siapa, kalau bukan oleh otak manusia. Komputer bekerja karena ada suplay aliran listrik dan bekerja sesuai perintah otak manusia. Sedangkan otak anak bekerja karena ada suplay makanan bergisi dan pendampingan orang lain (orang tua dan guru). Luar biasakan?
Kemampuan Otak Anak
Rata-rata orang hanya menggunakan 1 persen saja dari potensi kemampuan otak mereka yang ditulis oleh Adam Khoo, dalam buku yang berjudul “I Am Giffed, So Are You” . Sedangkan orang orang yang genius mampu memanfaatkan 4 persen sampai 5 persen dari potensi kekuatan otak mereka. Faktanya bahwa anak yang kurang pandai rata-rata hanya menggunakan 1 persen saja dari kemampuan otak mereka. Lalu bagaimana cara meningkatkan supaya bisa sampai 5 persen ? Jawabannya ada di orang tua dan guru. Kemampuan 1 persen rata rata anak belajar sendiri, bisakah kita naikan prosentasenya ? Jawabannya Bisa, jadilah pendamping belajar yang menyenangkan untuk anak dengan menerapkan prinsip “Tabur-Tuai”.
Orang tua dan guru harus sabar mendidik, melatih dan membimbing. Kenalila kemampuan pontensi anak. Bangun komunikasi yang efektif dengan anak. Seseringlah mengajak anak keluar dari dirinya untuk melihat dunia yang maha luas ini. Di situlah anak akan berproses menangkap makna, lalu menyimpan semua kenangan itu sebagai sebuah folder kehidupan. Taburlah nilai-nilai kebaikan dalam memori otak anak, alhasil bukan tidak mungkin 5 persen akan digenggam dalam hidupnya. Orang tua akan bangga melihat anak-anak yang super hebat dan mampu menjawab segala tantangan dunia.
Ketulusan dan kesediaan untuk memberikan waktu, tenaga dan pikiran menjadi sebuah tantangan yang jika tidak diatur dengan baik, maka kesempatan untuk meraih mimpi tak akan kesampaian. Mimpi hanya akan menjadi mimpi yang abadi. Cita-cita orang tua tidak bisa dipaksakan untuk merubah anak, mereka memiliki cita-cita sendiri, tugas orang tua membantu membuat file dan folder kehidupan anak. Kehadiran dan motivasi yang kuat dari orang tua adalah modal utama untuk menaikan self confidance dalam belajar anak.
Folder Kecerdasan
Hindarilah file-file yang dianggap virus yang merusak perkembangan otak anak. File kekerasan verbal dan nonverbal. Kekerasan dalam kata-kata hanya akan membuat anak tidak percaya diri, minder dan putus asa. Jangan sekali kali katakan ini pada anak, “ Bodoh, Malas dan atau sebutan lain yang sifatnya tidak membangun kecerdasasan otak”. Kata kata ini hanya akan menambah file negatif dalam otak anak, yang berdampak pada perkembangan belajar. Anak akan menjadi bodoh, pemalas dan sulit diatur karena sudah terpola dengan folder yang buruk. Jika Anak sulit beradaptasi dengan orang tua itu karena belum diajar, dilatih dan dibimbing untuk menggunakannya dengan tepat dan benar. Berikan kata-kata penguatan yang dapat memotivasi anak. Contoh jika anak belum paham, katakan saja “Ayo kamu pasti bisa coba sekali lagi, tidak boleh lakukan ini nanti akibatnya seperti itu. Ketika folder ini sudah tersimpan dalam memori, itulah nanti yang akan muncul pada saat anak melakukan kejadian yang sama. Karena ada kemiripan folder dengan yang sudah ada dalam memori otak anak.
Tanamkan folder kecerdasan dalam otak anak. Folder kecerdasaran yang diungkapkan oleh Prof. Howard Gardener, sedikitnya ada delapan diantaranya : Linguistik (bahasa), Logika (Matematika), Interpersonal (sesama), Intrapersonal (diri sendiri), Musikal, Naturalis (alam), Kinetik (gerak) dan Visual (penglihatan). Salah satu kecerdasan linguistik atau bahasa memiliki peranan penting dalam menuangkan emosi anak. Emosi yang dimiliki dalam bentuk perasaan yang ditunjukan kepada sesuatu. Perasaan senang, marah dan takut terhadap seseorang dapat dibentuk dalam folder emosi anak. Membangun komunikasi antara anak dan orang tua, bicaralah dengan hati di hadapan anak, jangan perlakukan dengan bahasa yang kasar di depan orang banyak, agar tidak tersimpan folder negatif dalam otak anak.
“Pendidikan bukan cuman urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri “ - Anatole France – Pemenang Novel Sastra, Prancis.
Yosef Mikel Kobesi, S.Pd / Guru dari Kab. Timor Tengah Utara
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!