Tibalah Kunzha di pintu pertama. Entah bagaimana caranya ia harus melewati pintu istana Caravelle. Pintu-pintu itu bertingkat ke arah puncak bukit. Ia sadar bahwa setiap pintu pasti ada penjaga pintu. Jadi sulit rasanya. Supaya pintu pertama bisa ia lalui perlu ada tindakan atau percobaan tertentu.
Baca Juga : Penyihir Part 1
Angka Rahasia 137 di Pintu Gerbang Pertama Istana Ratu Caravelle
Ilustrasi : Pixabay.com |
Mendapatkan kejadian aneh ini Kunzha mulai marah. Beberapa kalimat umpatan mulai keluar dari mulutnya.
"Sialan. Dasar penyihir sial!" Umpat Kunzha dalam hati dengan nada marah.
Ia mencoba berkali-kali. Namun tetap saja dia gagal. Di tengah kebingungan tiba-tiba bola api sebesar buah kelapa laksana komet dengan kecepatan tak terduga nyaris menghantam kepala Kunzha. Dengan gerakan refleks ia berhasil menghindar dari terjangan bola api itu. Ini baru ujian awal. Baru saja ia lolos dari serangan pertama tiba-tiba muncul lagi bola api itu dari arah yang berlawanan untuk menyerang dirinya. Walaupun ia lolos ia sudah merasakan suhu panas dari sambaran bola api tadi. Tidak saja suhunya yang panas ada bau seperti daging manusia yang terbakar dari bola api tadi. Walau pun Kunzha seorang pemberani kejadian itu cukup membuat bulu kuduknya berdiri.
Kunzha sudah sering mendengar kisah horor hutan Niwe. Selain keangkeran hutan Niwe yang lebih ngeri dan sadis lagi adalah penghuni hutan itu. Tak lain lagi sang penyihir abadi, Caravelle. Walaupun Kunzha mewarisi genetika ayahnya seorang raja namun keberadaan dirinya tak diakui di kalangan istana. Ia anak haram hasil hubungan gelap ayahnya. Walau sebagian warga istana tak menyukainya ada salah satu selir raja yang menyukai Kunzha. Dia adalah Bia. Bia adalah selir kesayangan raja. Dia sebenarnya ingin menjodohkan Kunzha dengan putrinya. Dia juga yang mengisahkan bagaimana horornya hutan Niwe kepada Kunzha.
Siapa yang tak mendapatkan mantra khusus dia butuh perjuangan berdarah-darah sekedar untuk bertemu Caravelle. Walau nyawanya tak dijamin selamat. Hanya dari kalangan tertentu atau orang tertentu saja. Orang tertentu adalah keturunan langsung raja. Bukan sembarangan orang. Ia yang diwarisi mantra pumafakatan gelap. Dialah yang bisa dengan mudah bertemu penyihir itu. Dia cukup menentukan waktu yang pas saja.
Sudah hampir tiga hari Kunzha masih berkutat di depan pintu gerbang pertama. Dalam cerita yang berkembang di istana. Pada pintu pertama para penjaganya merupakan kelompok makhluk astral dengan kemampuan terendah. Agar dapat lolos dan menuju pintu kedua seseorang tidak cukup mengandalkan keberanian, memiliki ilmu kenuragan atau kesaktian lainnya tapi dia harus bisa mendapatkan mantra dari salah satu makhluk astral yang menjaga di pintu itu. Makanya beberapa orang yang mencoba menembus pintu itu gagal karena mereka tidak bisa mendapatkan mantera itu. Akibatnya walaupun mereka berhasil keluar dari hutan Niwe mereka dikuasai mantera sang penyihir itu yang diberikan kepada penjaga-penjaga utama pintu istana Caravelle.
Di depan gerbang pertama Kunzha sudah merasakan hawa mistis. Bisa jadi hawa mistis itu bersumber dari makhluk astral yang menjaga pintu gerbang itu. Jika orang biasa dia akan merasakan bahkan sudah dikuasai oleh ilusi-ilusi yang diciptakan dari makhluk gaib. Kunzha harus membaca mantera jika ia bisa bersatu di alam para makhluk astral ataupun jin. Sehingga dia bisa berkomunikasi secara langsung. Atau melakukan pertarungan. Jika tidak, dia hanya akan bertahan disitu selamanya atau pulang dengan penderitaan dan kecewa.
Seketika Kunzha melakukan gerakan-gerakan aneh. Kedua telapak tangan dirapatkan lalu diletakan di depan dada, kemudian matanya dikatupkan dan bibirnya bergerak seperti mengucapkan kalimat-kalimat tertentu.
Kunzha kini sudah berada di alam para jin dan lelembut. Kunzha walaupun tidak tinggal di kompleks istana dia juga diajarkan berbagai ilmu. Karena secara diam-diam ayah biologisnya mengutus seorang guru yang memiliki kesaktian. Kunzha belajar ilmu bela diri, kenuragan dan kebathinan sejak berusia delapan tahun. Namun sayang ia tidak digembleng ilmu kepemimpinan dan ilmu perang seperti kakak tirinya yang tak lain putra mahkota kerajaan yang dididik dan digembleng secara penuh. Makanya walaupun Kunzha memiliki wajah tampan ia tak memiliki kewibawaan.
Kunzha kerap mengambil sikap dan keputusan yang berbeda. Sama seperti saat ini karena sikap iri kepada saudara sepupunya ia nekat menghadap penyihir Caravelle. Tujuan tak lain meminta keterlibatan Caravelle secara langsung atau meminta sebuah mustika sakti yang dari sang penyihir itu. Mustika sakti itu memang selama ini diidam-idamkan para raja. Namun tak seorang pun mendapatkannya. Untuk memenuhi syahwat-nya tak akan mudah seperti yang dipikirkan. Ia harus berjuang. Dan sudah ia rasakan sendiri baru di pintu gerbang pertama ia sudah menghadapi ujian yang berat. Baru berhadapan dengan mahkluk astral dengan kemampuan terendah ia sudah harus menggunakan ilmu menembus bumi melepas sukma. Sebuah ilmu kebathinan yang diajarkan oleh guru kiriman ayah biologisnya atau raja.
Kali ini dia harus berhadapan dengan berlapis-lapis makhluk gaib. Untuk menyerang Kunzha tak kuasa. Saat ini ia hanya berusaha melindungi diri dengan membaca berbagai ajian miliknya. Ia sudah mulai berpikir apakah akan terus maju ke pintu gerbang selanjutnya atau mundur dan meninggalkan hutan Niwe?
"Ini langkah yang berat. Masih di tahap awal. Apakah saya terus melanjutkan perjuangan ini atau mundur?" Pikirnya dalam hati.
"Jika mundur maka semua rencana bisa gagal total."
"Lebih baik mati disini! Dari pada pulang dan tak berguna," tegas Kunzha.
Ditengah kepungan makhluk astral ia mulai menggunakan semua sumber untuk membebaskan diri. Ia berusaha membatasi pergerakan makhluk astral di sekitarnya dengan sebuah bacaan mantera. Dan usahanya semakin memberikan hasil. Terlihat makhluk-makhluk tadi yang sebelumnya begitu agresif menyerangnya saat ini mulai berkelompok pada satu titik. Seperti mantra itu mampu mengurung mereka.
Pertarungan ini masih berlangsung di depan pintu gerbang. Tak bisa dipungkiri Kunzha juga merintih kesakitan. Kunzha mesti berusaha agar bisa mendapatkan secarik kertas yang di dalamnya terdapat rangkaian huruf yang merupakan transkrip sebuah mantra untuk dapat membuka pintu pertama. Jika tidak menemukan pemegang mantra itu maka sia-sia sudah perjuangannya. Konon katanya pemegang mantra itu memiliki perbedaan antagonis dengan kelompoknya. Dia akan berbeda sesuai tabiat anggota kelompok lainnya. Dia juga secara fisik juga memiliki keunikan tersendiri. Kunzha harus bisa menemukan makhluk astral pemegang mantera itu. Dan bila berhasil makhluk itu akan menuruti perintah orang yang menemukan dirinya. Dia juga akan mengikuti Kunzha selama perjalanan menuju sang penyihir abadi itu.
Kunzha bingung melihat kawanan makhluk astral itu. Rata-rata memiliki kemiripan wajah dan perilaku. Jika pun ada dua atau tiga orang ada juga kesamaan di antara mereka. Apalagi situasi belum terkendali. Pergerakan mereka yang terpusat pada satu lingkaran masih berusaha keras untuk lolos dari perangkap ajian yang dibuat oleh Kunzha. Situasi ini masih membuat Kunzha bingung. Ia coba menerka-nerka siapakah gerangan itu?
Kunzha mencoba tenang. Ia juga berusaha memusatkan perhatian untuk menemukan keanehan yang lebih spesifik. Ia juga berusaha mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kecil di antara mereka. Namun usahanya berulangkali itu belum mampu membuahkan hasil. Suara yang bersumber dari lingkaran perangkap ajian bekin suasana gaduh. Ada teriakan, ada pekikan, ada letupan amarah yang bersatu sehingga sangat gaduh dan mengganggu suasana kebathinan Kunzha.
Kali ini usaha Kunzha semakin berat. Lantaran dua sosok makhluk astral tiba-tiba berdiri di depan Kunzha. Ya benar. Masih ada yang tersisa. Mereka sebenarnya penghuni dari dalam istana. Mereka keluar sekedar memastikan apakah ada makhluk tertentu yang berusaha menerobos masuk pintu pertama gerbang istana. Kedua makhluk astral ini mulai bertarung dua lawan satu. Mereka berusaha melumpuhkan Kunzha dengan ilusi-ilusi yang mereka ciptakan. Dalam penglihatan Kunzha tiba-tiba saja ditempat itu muncul ratusan ekor ular. Ular-ular itu begitu ganas dan berbisa. Namun karena sebuah ilusi Kunzha bisa mengatasi dengan baik.
Ilusi-ilusi inilah menjadi senjata dua makhluk astral itu. Kini tiba-tiba saja muncul puluhan bola api yang terbang menyambar-nyambar Kunzha. Pergerakan bola api itu benar-benar menyulitkan Kunzha. Ia sempat panik. Namun dengan segala ketenangannya sekali lagi ia berhasil lolos dari ujian itu.
Dua makhluk astral ini kini menjadi perhatian Kunzha. Mereka memiliki bentuk fisik yang berbeda. Yang terperangkap dalam lingkaran itu golongan dedemit dengan perawakan mengerikan. Sehinga beda dengan dua makhluk astral yang baru muncul belakangan. Namun untuk membedakan lagi kedua mahkluk ini juga sulit. Memang mereka dua sekawan namun berbeda perilaku. Jika salah satunya bertarung yang satu pasif. Jika satunya berbicara satunya lagi diam. Dua makhluk dengan sikap berbeda. Namun dengan perilaku saling berlawanan ini mereka menjadi makhluk astral yang tangguh.
Pertarungan terus berlangsung. Namun selama pertarungan itu, Kunzha terus mengamati kedua makhluk itu. Walaupun mereka mirip ada sesuatu yang membedakan kedua makhluk itu. Ya sebuah aksesoris yang mereka kenakan. Kunzha terus mengamati. Ya salah satunya mengenakan sebuah kalung bermata rugby. Samar-samar ia terlihat berwajah wanita muda. Tubuhnya seperti bayangan dengan penampilan layaknya wanita.
Ada kode-kode berupa angka terpatri di pergelangan tangannya. Angka 137.
"Angkah misterius apa lagi ini?" Gumam Kunzha.
"Seperti sebuah petunjuk," lanjutnya.
Penyihir Caravelle memang dikenal sebagai penyihir abadi dari hutan Niwe. Ia menggunakan simbol dan kode-kode rahasia untuk mengungkap tabirnya. Makanya tidak ada seorang pun yang berhasil sampai ke singgasana ratu penyihir itu. Walaupun dari kalangan bangsawan itu pun dia cukup sampai di depan pintu gerbang. Di sebuah tempat khusus yang disiapkan. Para raja tidak perlu bertarung sama seperti Kunzha.
Kode 137 kini menjadi perhatian Kunzha. Guru sakti Kunzha pernah berkisah soal kode 137 ini. Namun saat itu bagi Kunzha dianggap hanya sebuah dongeng. Padahal jika ia sanggup memecah kode rahasia itu bisa membawa dirinya sampai ke Pintu Gerbang ke-7. Namun ini bukan perkara mudah. Ia harus berjuang dan bertarung menggunakan akal dan fisiknya. Sungguh ini perjuangan yang berat untuk Kunzha. Perjuangan demi sebuah syahwat yang akan berujung kehancuran.
Kunzha memang pria yang keras kepala dan pemberani. Jika dia seandainya ditakdirkan sebagai putra mahkota ia seorang pemimpin yang sempurna di masa depan untuk kerajaan ayahnya. Sayang nasibnya berkata lain.
Nantikan cerita berikutnya......
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!