Semua umat beragama pasti mengutuk keras tindakan sadis para teroris itu. Mereka mengakui memeluk agama tertentu namun perilaku mereka seperti kaum bar-bar. Mereka sesungguhnya tidak beragama. Tidak berprikemanusiaan. Mereka salah jalan. Kita mesti sepakat bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih kepada sesama manusia.
Ajarilah Kami Bahasa Cintamu!
Artikel ini mungkin terkesan teoritis. Tidak menunjukkan keberpihakan yang pasti. Keberpihakan kepada para korban yang menjadi korban atas kekejian para teroris yang melakukan pembunuhan terhadap empat warga di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11/2020).
Seharusnya yang tepat adalah Admin mengeluarkan bahasa kasar dan sumpah serapah kepada para teroris itu. Harus menyatakan sikap tegas dan meminta pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo agar segera memerintahkan jajarannya untuk memerangi sekelompok teroris itu.
Kita mesti tahu bahwa negara ini negara hukum. Negara sudah mengambil tindakan dengan mengaktifkan kembali Satuan Tugas (Satgas) Tinombala Poso untuk mengejar Ali Ahmad alias Ali Kalora, cs.
Jika kita masuk kedalam situasi keluarga dari para korban tersebut tentu betapa sakitnya mereka, sakitnya hati kita. Mereka harus kehilangan anggota keluarga selamanya. Mereka bahkan masyarakat setempat hidup dalam ketidaknyamanan bahkan hidup dalam ketakutan. Barangkali sebagian anggota keluarga tertentu bisa mengalami traumatik atas peristiwa sadis itu. Itulah yang terjadi.
Namun kaum kristiani (umat Kristen) diajarkan tentang hukum cinta kasih. Mengasihi tanpa batas. Yesus Kristus sendiri yang mengajarkan hukum kasih itu. Yesus Kristus sendiri memberi teladan dengan rela mati di kayu salib karena kasihnya untuk umat manusia. Lantas apakah kita perlu melakukan pembalasan? Menerapkan hukum timbal balik? Gigi mesti diganti dengan gigi atau darah harus diganti dengan darah?
Bukankah firman Tuhan mengingatkan kepada umat kristen bahwa umat kristen tak perlu menuntut pembalasan karena pembalasan adalah hak-nya Tuhan (Roma 12:19). Tuhan Yesus juga mengingatkan kepada umat kristiani bahwa jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tapi dengan bersikap sabar dan ikhlas (Mat 5:39).
Oleh karena itu umat kristiani selalu berusaha hidup dalam kasih seperti isi surat pertama Rasul Paulus kepada umat di Korentus (1 Kor 13).
Bahwa kasih itu sabar. Jikalau ia yang melaksanakan ajaran kasih itu tentu bukan seorang pemarah. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Ajaran kasih adalah ajaran fundamental orang kristen. Jika kaum kristiani memiliki iman, punya harapan yang besar jika tanpa rasa kasih kepada sesama maka akan sia-sia saja sikap keagamaannya.
Oleh karena itu saudara biarlah hukum yang bertindak kepada mereka (teroris). Negara tidak pernah kalah dengan agenda para teroris untuk menciptakan kekacauan dengan menebarkan rasa takut kepada masyarakat. Sebagaimana kaum kristen maka sikap orang benar adalah memberi maaf.
Almarhum Paus Yohanes Paulus II sudah memberi contoh dengan mendatangi penjara untuk memaafkan seorang pemuda sebagai pelaku penembakan atas dirinya. Itulah kasih tanpa batas.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!