Kapal nelayan Kampung Bugis (Foto : Torick Fabregas) |
Semenjak pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) pertama kali dilaksanakan oleh siswa jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan SMK Negeri 3 Pahunga Lodu tahun 2009 di Kabupaten Sumba Timur pada kapal-kapal nelayan Kampung Bugis jumlah armada kapal mini pukat cincin cenderung tetap. Kapal mini pukat cincin milik nelayan yang beroperasi di perairan Sumba Timur dari tahun 2009 – 2017 rata-rata 3 – 5 unit. Kapal-kapal mini pukat cincin ini berukuran antara 3 – 5 Gross tonnage (Gt).
Berdasarkan hasil laporan guru pendamping yang mendampingi siswa termasuk siswa SMK Negeri 1 Pandawai pada saat pelaksanaan Prakerin pada bulan Juli 2018 jumlah kapal mini pukat cincin ada 11 unit baik yang rutin melaksanakan operasi maupun yang berpangkalan di perairan teluk Waingapu dan sekitarnya. Namun kapal pukat cincin yang rutin melakukan kegiatan penangkapan ikan (one day fishing) hanya terdapat tujuh unit kapal dengan jarak operasi dari pangkalan ke lokasi penangkapan antara 1 – 20 mil (Nautica mile).
Geliat Ekonomi dari Sektor Perikanan Tangkap Nelayan Kampung Bugis Sumba Timur
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur bulan Februari 2020 ada 15 unit kapal mini pukat cincin yang memiliki ijin operasi. Kapal-kapal tersebut dilengkapi alat tangkap mini pukat cincin yang panjangnya ± 250 meter. Alat tangkap pukat cincin ini dioperasikan lebih banyak menggunakan tenaga manusia karena kurang dilengkapi mesin bantu penangkapan (power block,dll) atau hanya dilengkapi sebuah mesin gardan yang dipakai untuk penarikan tali kolor (purse line).
Kondisi ini tentu ketinggalan jika dibandingkan dengan kapal-kapal pukat cincin beberapa daerah di Pulau Jawa baik dari segi jumlah armada penangkapan, ukuran kapal, kekuatan mesin, trip penangkapan maupun daya jelajah kapal.
Kondisi kapal yang memiliki bobot maksimal 5 Gt ini sebenarnya perlu ditingkatkan agar mampu meningkatkan produksi tangkapan ikan mengingat wilayah pengelolaan perikanan Sumba Timur adalah daerah yang potensial untuk perikanan tangkap. Hal ini didasari pada laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur tahun 2020 bahwa pemenfaatan terhadap potensi perikanan tangkap belum mecapai 20 persen atau tingkat pemanfaatan perikanan tangkap pada angka 17,59 persen dengan potensi lestari (MSY) perikanan tangkap 66.200 ton/tahun serta tangkapan yang diperbolehkan (TAC) 52.300 ton/tahun.
Nelayan Kampung Bugis
Kampung Bugis secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kamalaputi, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan penelusuran media ini rata-rata yang menetap di sepajang pesisir pantai dan mereka berprofesi sebagai nelayan, pedagang, wiraswasta dan sebagian kecil lainnya sebagai Aparatur Sipil Negera (ASN).
Baca Juga : Kampung Bugis, "Kampungnya" Anak SMK Negeri 1 Pandawai
Walaupun sebagai ASN karena lingkungan yang memungkinkan untuk kegiatan wirausaha maka beberapa diantara mereka memiliki usaha sampingan di sektor perikanan tangkap dengan kepemilikan perahu/kapal berukuran mini untuk kegiatan usaha dimaksud.
Warga-masyarakat yang menetap disana baik secara tetap maupun sementara mayoritas memeluk agama islam namun jika dilihat lagi berdasarkan etnisitas (suku) merupakan warga atau masyarakat campuran. Ada suku Bugis, Ende, Sabu, Sumba, Bima, Jawa, dan lain-lainya. Akibat terjadi “pembauran” dari berbagai latar belakang suku ataupun etnis tersebut maka komunitas masyarakatnya adalah masyarakat inklusif dan moderat.
Praktik Kehidupan Nelayan
Secara data dalam artikel ini memuat perkembangan kapal dan alat tangkap mini purse seine (mini pukat cincin). Fakta dilapangan bahwa ada aktivitas atau kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan beragam alat tangkap (multi fishing gears). Bahwa seorang nelayan bisa memiliki lebih dari satu alat tangkap.
Alat tangkap yang dipakai nelayan Kampung Bugis selain alat tangkap pukat cincin ada juga alat tangkap jaring insang (gillnet), pancing tangan (hand line), pancing tonda (troll line), dan rawai dasar (bottom long line). Walau demikian oreantasi mereka secara bisnis lebih pada alat tangkap pukat cincin.
Kegiatan usaha dengan alat tangkap pukat cincin sudah menjadikan beberapa nelayan menjadi pengusaha perikanan yang sukses. Dari bisnis perikanan itu bukan saja memberi keuntungan secara induvidu melainkan memberi kesempatan kepada anak muda setempat untuk bekerja pada kapal-kapal mini purse seine yang mereka miliki. Jika bukan sebagai ABK (Anak Buah Kapal) sebagian dari mereka bisa mengambil kesempatan menjadi penjual ikan eceran.
Proyeksi “Kampung Nelayan Moderen”
Seandainya Kementerian Kelautan dan Perikanan dibawah kendali Presiden Joko Widodo “mau” menjadikan Kampung Bugis sebagai kampung nelayan modern. Maksunya kampung nelayan yang dapat dijadikan sebagai kampung nelayan percontohan, kegiatan pengembangan bisnis perikanan, kawasan pusat pendidikan dan pelatihan nelayan, sport fishing, ekowisata, dan lokasi kegiatan praktik kerja industri (Prakerin) bagi siswa jurusan (kompetensi keahlian) Nautika Kapal Penangkapan Ikan (NKPI).
Baca Juga : Bukan Sekedar Prakerin Ini Pertarungan Obsesi Para Kartini, Bung!
Di Pulau Sumba sendiri kurang lebih ada empat SMK yang memiliki jurusan Nautika Kapal Penangkapan Ikan yang sudah melaksanakan beberapa kali Prakerin di Kampung Bugis dan sekitarnya.
Semoga gagasan menjadikan Kampung Bugis menjadi Kampung Nelayan Modern bisa menjadi objek studi lanjutan karena selain potensi perikanan tangkap yang menjanjikan Kabupaten Sumba Timur menjanjikan keramahan, toleransi dan keindahan bagi siapa saja yang datang ke Sumba Timur.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!