Menentukan kontur teras dengan bingkai A dan pola tanam jagung jajar legowo/double track |
Pemerintah Desa (Pemdes) Tenawahang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur menyelenggarakan Pelatihan Budidaya Tanaman Jagung dan Sorgum dengan menerapkan penggunaan Teknologi Tepat Guna (TTG). Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan dari tanggal 10 - 11 Desember 2020 lalu. Pada pelatihan ini jumlah petani yang ikut sebanyak 140 orang dan terbagi dalam dua rombongan belajar.
Pelatihan yang diberikan kepada 140 orang petani ini memakai metode pembelajaran orang dewasa dan didukung oleh narasumber yang berkompeten dari Balai Penyuluhan Konga-Larantuka, Flores Timur.
Menurut Kepala Desa Tenawahang, Bernardus Belawa Sogen,S.Pt tujuan pelatihan ini adalah membangun ketahanan pangan desa, di tengah kondisi covid adalah keharusan karena sorgum dan jagung dapat diandalkan karena tahan terhadap iklim ekstrim dan kering.
"Membangun ketahanan pangan desa, di tengah kondisi Covid-19 adalah sebuah keharusan. Sorgum dan jagung dapat diandalkan karena kedua jenis tanaman ini lebih tahan banting terhadap iklim ekstrim kering," bebernya.
Lebih lanjut disampaikan Bernardus, bahwa pelatihan budidaya tanaman jagung dan sorgum dengan menggunakan teknologi tepat guna (TTG) untuk menuju desa mandiri pangan. Selain itu Kepala Desa Tenawahang ini memberi ucapan selamat kepada petani dalam mengikuti kegiatan ini dengan harapan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan tersebut dapat diterapkan dikebun masing-masing.
"Pelatihan budidaya tanaman sorgum dan jagung dengan menerapkan teknologi tepat guna karena kebutuhan akan pangan tidak tergantikan oleh apapun. Atas dasar itu maka Pemdes Tenawahang menyelenggarakan pelatihan ini agar kedepan desa ini bisa mandiri pangan."
"Untuk semua petaniku, selamat mengikuti pelatihan ini. Semoga bisa diterapkan di kebun masing-masing," ucapnya.
Dikutib dari akun facebook Kepala Desa Tenawahang, Sogen Bernard, ia menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang bermutu, cukup jumlahnya, merata dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. Pandemi Covid-19 menciptakan kondisi tidak nyaman pada berbagai bidang. Dibatasinya ruang gerak menekan produksifitas semua sektor sementara di sisi lain, kebutuhan akan pangan tidak tergantikan oleh apapun. Ketahanan pangan menjadi ancaman nyata di tengah pandemi covid yang entah sampai kapan berakhir.
Perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini semakin nyata dan tak terhindarkan. Musim hujan dan kemarau saat ini menjadi seperti abu-abu. Kondisi ini menuntut petani harus menyesuaikan diri. Pilihan komoditi yang ditanam pun harus disesuaikan dengan perubahan iklim. NTT yang selalu lebih kering, dengan adanya perubahan iklim, saat ini menjadi lebih ektrim lagi. Makanya pilihan komoditi seperti jagung dan sorgum menjadi alternatif terbaik dan solutif.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!