Keteladan itu bisa dicontohkan dengan bersikap legowo, menerima segala sesuatu atau memaafkan tanpa batas. Ini bisa kita belajar dari keteladanan dari mantan Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Maju, Terawan Agus Putranto.
Beberapa contoh pemimpin besar dunia yang bisa kita pelajari dalam prespektif keteladanan politik antara lain mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela atau pemimpin spiritual India, Mahatma Gandhi. Nelson Mandela walaupun dikurung lebih dari 27 tahun dibalik jeruji besi ia tetap berkomitmen menjadi pemimpin untuk semua warga negara Afrika Selatan. Tanpa melihat suku, golongan, agama, ras dan warna kulit.
Baca Juga : Dulu Lawan Kini Kawan, Politik Itu Cair Dan Unpredictable, Bro!
Nelson Mandela memberangus paham apartheid di Afrika. Sementara itu, Mahatma Gandhi dengan Ahimsa-nya. Perjuangan politik tanpa kekerasan (anti kekerasan) yang diperkenalkan Mahatma Ghandi kepada bangsa-bangsa Eropa. Sehingga Ahimsa menginspirasi perjuangan-perjuangan lain tanpa kekerasan yakni perjuangan yang menjunjung tinggi dan menghormati HAM.
Banyak orang bilang bahwa Menkes Terawan Agus Putranto sebagai pribadi yang jujur. Politikus Partai Demokrat, Andi Arief juga mengakui demikian. Soal perombakan kabinet, malah nama Terawan Agus Putranto diyakini aman walau netizen sempat meminta Terawan mundur beberapa bulan lalu terkait masalah penanganan Covid-19. Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN saat isu kocok ulang kabinet juga yakin Menkes Terawan tak mungkin diganti karena menurutnya Pak Terawan salah satu menteri kesayangan Presiden Joko Widodo.
Pada akhirnya, Pak Terawan resmi diganti dengan Budi Gunadi. Pada tanggal, 22 Desember 2020, Presiden Joko Widodo memperkenalkan enam menteri baru untuk mengisi pos-pos menteri yang dianggap kurang berkinerja tinggi. Dan pada tanggal 23 Desember 2020, Presiden Joko Widodo melantik enam menteri baru hasil reshuffle Jilid I Kabinet Indonesia Maju Periode 2019 - 2024.
Dikutip dari Okezone.com Rabu (25/12/2020) ada cerita menarik yang disampaikan oleh Andi, Tenaga Ahli Mantan Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Maju, Terawan Agus Putranto. Menurutnya dalam kurun waktu setahun ini telah banyak melakukan modernisasi fasilitas kesehatan dan pembangunan sumberdaya manusia dengan menjadikan beberapa Politeknik Kesehatan menjadi Institut Ilmu Kesehatan.
Andi memberi cerita bagaimana Dokter Terawan menerima hasil keputusan Presiden Joko Widodo terkait rencana perombakan kabinet.
“Saya tak akan lupa perbincangan terakhir dengan Pak Terawan dalam mobil sepulang dari Istana Negara, Senin (21 Desember) petang, sehari sebelum perombakan Kabinet Indonesia Maju. ‘Pak Jokowi sayang saya, mas,’ hanya itu jawaban yang muncul ketika saya tanya perihal pembicaraan dengan Presiden Jokowi,” imbuh Andi.
Tuntas dengan Urusan Pribadi
Seorang yang ingin menjadi pemimpin terlebih dahulu tuntaskan segala urusan pribadinya. Apa saja urusan pribadi itu? Selain soal rekam jejak, integritas dan kelayakan administrasi ada soal lain yang lebih penting lagi yakni kebutuhan papan, pangan, sandang bahkan kebutuhan tersier yang tercukupi. Apa yang tercukupi itu diperoleh secara wajar dan adil.
Baca Juga : Berdemokrasi Tanpa Baper!
Seorang pemimpin yang memiliki kualitas iman dan emosional yang baik. Bukan calon pemimpin yang rakus dan serakah serta egois. Ini kita bisa lihat dari praktik hidup dalam kesehariannya.
Jika sudah tuntas dengan segala urusan pribadinya maka jabatan yang ia sandang bukan dijadikan sebagai lahan garapan untuk kepentingan pribadi dan konco-konconya melainkan tempat untuk saluran berkat bagi manusia dengan segala kemanusiaannya.
Orang-orang atau pemimpin yang sudah tuntas dengan urusan pribadi meskipun ia dicopot bahkan dicampakan ia akan bersikap legowo, menerima segala sesuatu dan selalu berpikir positif. Mungkin ia perlu melakukan autokritik dengan diri sendiri. Apa kekurangan saya? Mungkin mencari apa yang salah! Bukan mencari kambing hitam atas keputusan atasannya. Atau membela diri bahkan menjadi pribadi yang agresif untuk menyerang boss lamanya.
Pemimpin yang tuntas dengan urusan pribadinya, dia tak akan mengemis jabatan. Ia realistis dengan keadaan. Baginya jabatan itu tanggung jawab. Jabatan itu amanah. Jabatan itu bukan lahan garapan. Tapi menjadi saluran berkat dengan memberi kebaikan kepada sesama dengan segala kebijakan yang terukur dan proposional.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!