Dulu Admin memiliki seorang teman facebook bernama Elisabeth Sutedja. El begitu ia biasa dipanggil. El memiliki keteguhan dalam membagikan pengalaman iman katolik-nya melalui akun facebook miliknya. Sepanjang pertemanan itu ia secara konsisten membagi renungan Katolik setiap hari (setiap pagi). Saya berteman dengan Elisabeth Sutedja sejak 2011. Namun semenjak El memutuskan hidup salibat dan masuk biara suster katolik (2015) ia benar-benar off dari aktivitas sosial media dan fokus pada tugas pelayanan sebagai seorang suster katolik. Akun facebooknya masih ada hingga saat ini.
Baca Artikel Terkait : Sekelumit Kisah Elisabeth Sutedja, Lulusan Terbaik Harvard, Vice President - Business Development Boeing Company Yang Memilih Jadi Suster
Pertemuan dengan Wan Ping itu secara kebetulan. Bukan "disarankan" oleh sistem facebook melainkan mengetahui sosoknya dari sebuah tulisan seorang pegiat sosial media, Birgaldo Sinaga. Setelah membaca artikel singkat itu Admin Unclebonn.com langsung meminta pertemanan dan beberapa waktu kemudian dikonfirmasi oleh Wan Ping. Itu terjadi dipertengahan tahun 2017. Tiga tahun lalu yang mengesankan.
Wan Ping itu seorang religius yang moderat. Ia mengagumi keindahan. Ia keturunan Tionghoa namun darahnya (jiwa dan raganya) Indonesia banget. Ia penganut Katolik yang taat. Wan Ping mengagumi teks-teks singkat para santo dan santa katolik. Ia bukan Katolik yang tertutup ia juga mengagumi nilai-nilai kebaikan agama lain dan mengagumi kemanusiaan. Terkait apa yang saya sampaikan melalui tulisan ini bisa kalian lacak pada jejak digitalnya.
Wan Ping itu seorang pembagi informasi ketimbang seorang penulis. Ia membagi renungan Katolik. Membagi quotes. Ia membagi tentang keindahan alam sebagai rasa syukur atau anugerah alam yang begitu luar biasa dari sang pencipta. Ia juga aktif menyebarkan artikel-artikel yang bertemakan nasionalisme dan kebangsaan- Indonesia. Tentunya dari para penulis yang peduli pada masalah kebangsaan sekaligus mencintai kebhinnekaan.
Wan Ping juga seorang yang komunikatif. Ia membalas komentar dari netizen. Namun ia menghindari komentar-komentar yang rasis dan hate speech. Ia tidak segan memblokir netizen yang komentarnya mengandung ujaran kebencian dan provokatif.
Saat ditanya soal kebiasaan itu yang terus ia laksanakan secara konsisten hingga hari ini, Wan Ping menjawab:
"Postingan saya selain untuk pembelajaran diri juga agar para sahabat belajar. Saya tidak ingin apa yang baik hanya sampai di tangan saya. Kebaikan sejatinya memang untuk dibagikan."
Wan Ping dalam pantauan saya ia bekerja dengan tulus. Ia berbagi tanpa perlu berharap banyak lakers. Ia keukeuh mempertahankan idealismenya. Seperti ucapannya bahwa kebaikan sejatinya memang untuk dibagikan.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!