Mengawali musim hujan, kita selalu dihadapkan dengan sebuah gejala alam yang jika tidak waspada bisa membawa malapelataka. Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang penuh keajaiban. Cahaya panjang merobek langit terkadang bersamaan dengan bunyi dentuman yang menggelegar alam semesta yang sering disebut guruh gemuruh.
Cahaya dan bunyi sering menakutkan pada saat bersamaan. Adapula cahaya dan bunyi tidak bersamaan. Hal ini disebabkan oleh faktor kecepatan dan jarak tempat terjadinya tumbukan muatan listrik.
Kecepatan bunyi di udara dan kecepatan cahaya di udara. Keduanya memiliki nilai besaran yang berbeda. Berdasarkan pengukuran rata-rata kecepatan bunyi di udara dengan suhu 21 °C dan kondisi atmosfer normal adalah 344 m/detik.
Baca Juga : Siswa Sering Bosan Belajar Di Kelas? Guru Lakukan Langkah Berikut
Kecepatan bunyi akan lebih cepat melaju di air dan di benda padat. Kecepatan suara di air adalah 4.3 kali lipat kecepatan di udara, yaitu 1.484 m/detik. Kecepatan suara di besi adalah 15 kali lipat kecepatan di udara, yaitu 5.120 m/detik. Sementara kecepatan cahaya di udara oleh para ahli astronomi menggunakan satuan cahaya. Kecepatan cahaya dalam 1 detik adalah 300.000 km atau setara dengan 3.000.000 meter / detik.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena awan bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara.
Pada saat elektron (muatan negatif) mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
Baca Juga : Wonderful Teaching By Yosef Mikel Kobesi,S.Pd
Bumi (tanah) tempat kita berpijak adalah sebuah muatan yang sangat besar, bermuatan positif. Ketika musim hujan tiba, pergerakan awan di atas langit menyebabkan perbedaan potensial. Hal dapat menyebabkan tumbukan antara muatan negatif dan positif yang terdengar bunyi gemuruh di atas langit.
Ketika musim hujan tiba muatan negatif awan yang terkumpul di atas langit akan saling tarik menarik dengan muatan positif yang ada di bumi (tanah). Biasanya jarak terdekat yang berpeluang terjadi sambaran petir. Pohon dan gedung yang tinggi berpeluang tersambar petir. Gedung yang sudah terpasang anti petir menjadi aman untuk penghuninya. Waspada jika belum ada penangkal petirnya.
Sudah banyak korban berjatuhan tersambar petir.
Berikut 8 cara menghindari sambaran petir yang haru diketahui oleh pembaca. Silahkan dibaca satu persatu;
Cara menghindar dari sambaran petir :
1. Masuk ke dalam ruangan
Ruang tertutup adalah tempat yang paling aman untuk disambar petir. Jarang terjadi, namun harus waspada selalu.
2. Hindari bersentuhan dengan logam
Logam adalah salah satu penghantar muatan yang paling cepat. Pada saat terjadi petir yang jaraknya dekat, kita yang memegang logam akan tersambar juga. Barang logam seperti : linggis, pipa besi, parang, pisau, kabel dan lain-lain.
3. Lepaskan stop kontak TV, HP, dan alat elektronik lainnya
Aliran muatan listrik bisa melalui kabel berarus yang bisa menyebabkan sambaran petir.
4. Jongkok atau duduk
Posisi jongkok atau duduk adalah posisi aman, karena secara tidak langsung kita membuat jarak terpanjang dengan muatan negatif di awan.
5. Hindari air
Air adalah salah satu zat cair yang mudah menghantarkan muatan listrik. Sebaiknya hindari air yang tergenang atau jika sementara mandi di kolam, segera keluar dari kolam tersebut.
6. Jika sementara berjalan, segera tiarap.
Tiarap adalah salah satu cara untuk memperpanjang jarak antara muatan di awan dengan muatan di bumi. Jika tidak tiarap, kita bisa menjadi penghantar muatan ke bumi. Saat kita berdiri, itulah jarak terdekat dengan awan bermuatan negatif.
7. Dilarang berlindung di bawah pohon yang tinggi
Pohon yang tinggi akan sangat mudah menghantarkan muatan listrik di awan dengan di bumi. Sebaiknya mencari tempat teduh di pohon yang rendah.
8. Menjauhkan diri dari tempat terbuka
Baca Juga : Peran Orang Tua Dimasa Pandemi Covid-19 By Yosef Mikel Kobesi,S.Pd
Kebanyakan orang terkena sambaran petir pada saat berada di tempat terbuka. Tempat terbuka seperti lapangan luas, sawah, ladang, dataran yang tidak ada pohon. Tempat terbuka menjadi sensitif terjadi sambaran petir. Pada saat orang berada di tempat terbuka, disitulah dia yang paling tinggi (dekat dengan awan). Hal ini memudahkan pergerakan muatan listrik dari awan ke bumi (tanah). Tubuh manusia menjadi penghantar muatan negatif ke positif. Waspada jaga jarak terpanjang dengan muatan listrik di awan.
Mungkin saja kita belum memahami gejala alam yang satu ini. Kita tidak bisa menghalangi gejala alam seperti ini. Di atas sudah dijelaskan tentang 8 cara menghindari petir semoga kita semakin waspada. Waspada adalah cara terbaik sebelum terjadi musibah. Sebaiknya kita pahami cara melindungi diri dari sambaran petir.*
*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!