Pembaca setia Unclebonn.com jika Anda menyukai literasi tentang kepemimpinan maka artikel ini bisa menjadi salah satu bacaan yang menarik untuk Anda. Artikel ini diambil dari Buku Kepemimpinan Edukatip yang ditulis oleh Theodore Brameld dan diterbitkan oleh Reconserved Consultant Surabaya pada tahun 1987. Sebuah tulisan lawas namun pemikirannya visioner. Admin sepakat bahwa ketika berbicara etika mungkin sebagian dari kita akan akan langsung berpikir mengenai moral, aturan, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika sendiri didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Dalam artikel ini yang dibahas bagaimana etika begitu penting diperhatikan oleh seorang pemimpin, baik pemimpin sebuah organisasi maupun pemimpin sebuah perusahaan. Untuk lebih jelasnya silahkan Anda baca tuntas.
Walaupun pemimpin kelompok mempunyai perbedaan kelompok sedikit dengan orang lain di dalam menunjukan etika yang dimilikinya, tetapi tidak diragukan lagi bahwa dia setuju bila kebiasaan bukan sesuatu yang harus dipertahankan. Suatu bentuk tanggungjawab dianggap sama pentingnya seperti di dalam mengadakan interaksi dan pengambilan keputusan dari setiap masalah yang tak dapat ditentukan secara mudah.
Baca Juga : Dalam Konteks Demokrasi : Pemimpin Timbul Karena Lingkungan Tidak Karena Lahir Atau Dilahirkan
Pengambilan
keputusan baik atau buruk, salah atau benar, selau tampak pada pemimpin dan tak
terlepas dari pengaruh sikapnya terhadap anggota lain dan sebaliknya. Oleh
karena itu tidak perlu banyak dikatakan bahwa salah satu bentuk sikap yang
sangat menonjol pada dirinya sering dilalaikan, kebijakan yang dimiliki pemimpin
seperti ketulusan hatinya mungkin memiliki karakter yang sesuai dengan standar
etika dan selalu merupakan filter dalam hubunganya dengan orang-orang
sekitarnya.
Setiap peristiwa
tentu mendorong kita untuk berpikir hati-hati tentang standar ini yang dianggap
sebagai problem kecil yang sangat sulit. Dasar penyelesaian yang sudah
dipikirkan oleh para pemikir tentang keadaan di timur dan barat memiliki
perbedaan yang dalam.
Suatu tugas
dibuat untuk mempermudah dan lebih pasti, bila kita berasumsi seperti kebanyakan
dari yang kita lakukan bahwa etika yang kita kehendaki untuk dipraktekan harus
sesuai dengan proses atau asas demokrasi dan tujuanya. Saya katakan sedikit
lebih mudah karena beberapa dasar tentang interpretasi dari demokrasi adalah
sangat sulit. Di sini kita mengartikan sebagai sesuatu yang mudah semestinya.
Kita menyebutnya sebagai
suatu “martabat atas personalitynya” atau “kebebasan persamaan dan
persaudaraan”, tetapi seringkali kita gagal untuk memaksakan sesuatu yang
sesuai sehingga tindakan kita berbeda dengan rencana. Makin sering pemimpin
menerapkan demokrasi dalam kegiatanya maka dia akan lebih berorientasi pada
standar etika dengan demikian akan terbentuk keharmonisan dalam maksud dan
tujuan.
Baca Juga : Kepercayaan (Trust)
Ada 2 pandangan
tentang etika kepemimpinan, yaitu : “sikap” dan “perbuatan”. Kedua hal tersebut
saling berkaitan satu sama lain.
Etika Sebagai Sikap
Pandangan yang pertama berarti
adalah “sikap akan persaman”, dan ketaksamaan dimana pemimpin bersikap
bergabung dengan anggota grup yang lain. Sikap seperti nin tidaklah selalu
mudah baginya dalam mengidentifikasi karena menurut psikiatri hal-hal mengenai
sikap biasanya berakar sesuai dengan latar belakang kehidupan, dan dalam
kepribadianya. Walaupun demikian ada yang perlu ditanyakan pada dirinya bagaimana
memberi reaksi terhadap koleganya. Misalnya, “apakah saya selalu mempunyai
rahasia terhadap sesama anggota?” apabila ya, “bisakah saya menemukan alasanya
dalam diri sendiri?”. Selain itu apakah ada faktor X atau latar belakang lain?
“dalam hal ini tentu saja kita mempunyai prasangka buruk yang akan atau perlu
ditanyakan, ”bagaimana perasaan saya terhadap nyonya Z yang datang dari
kalangan rendah dan bagaiman saya harus bersikap? Apakah saya harus bersikap
seperti orang dari kalangan rendah?”
Sikap tidaklah
selalu menunjukan suatu superioritas terhadap anggota yang lain, Cuma ada
kemungkinan bagi pemimpin untuk memberikan perintah yang berlawanan. Jadi dalam
hal ini kami tidak bermaksud mengartikan bahwa hal-hal tersebut merupakan
satu-satunya kemungkinan bagi pemimpin sikap yang dapat diukur, tetapi tentu
saja ada faktor lain yang tak dapat diukur. Kami mengharapkan hanya menitik
beratkan pada 2 kesimpulan tentang etika dari sikap-sikap mereka yang ada.
Salah satu pertentangan bahwa anda atau kami sebagai pemimpin mungkin
mendapatkan kepercayaan yang semu terhadap kesamaan dari anggota-anggota grup
dan kita berusaha menaruh perasaan-perasaan tentang beberapa anggota.
Akan tetapi bertentangan
denganhal itu maka lebih banyak puji-pujian yang diterima untuk mencapai
kesadaran dalam penyesuaian, jadi dalam menghadapi hal seperti ini kita perlu
mengganti atu merubah sikap seperti kesadaran terhadap diri sendiri, dan hal
ini merupakan standar etika yang menegaskan dasar dari sikap seseorang.
Siapa yang Mirip Pemimpin dan Untuk Apa ?
Beberapa inti
kesimpulan yang lain adalah bagaimana mempertimbangkan kemungkinan pengukuran
untuk mencari persamaan secara keseluruhan.
Sebagai contoh, ini
mahasiswa kita yang terbaik dalam segi etika, diana mengatakan demikian untuk dibanggakan.
Walaupun diantara mereka tak ada kesamaan, tetapi dalam keadaan lain mereka
pada umumnya setuju bahwa persaman
sebagai suatu nilai tak berarti merupakan identitas individu. Jadi secara umum
orang-orang dilihat dari suatu grup, ras, kebudayaan adalah mempunyai kemiripan
dalam aspek-aspek tertentu, oleh karena itu persamaan merupakan bagian yang
sangat ideal untuk menunjang beberapa kemiripan diantara mereka, terutama
kepuasan dalam bentuk kebutuhan dasar, seperti kebutuhan makan dan kesehatan. Tetapi
beberapa hal ditemukan ketidakmiripan dalam nilai estetik dan demokrasi. Oleh
karena itu timbul suatu paradoks lain yaitu yang lebih lengkap akan menang,
yang lebih kaya mempunyai kesempatan lebih baik.
Gambaran sikap yang
baik dari pemimpin terhadap kelompoknya maupun terhadap dia sendiri adalah
memaafkan anggotanya. Ini lebih merupakan suatu harapan atau dengan kata
lain,tiap anggota kelompok dapat menunjukan perhatian, kemampuanya demi
kepentingan kelompoknya. Tetapi sebagai imbalan adalah kesejahteraan kelompok
perlu diperhatikan.
Dalam hal ini persamaan
sikap tidak merupakan suatu pengaruh yang besar terhadap kepribadian yang
mulia. Seperti pada suatu pertemuan baik yang kecil maupun besar, untuk
mengetahui gambaran tepe manusia dimana mereka perlu dimotivasi untuk menyukai
seseorang. Orang yang disukai dan dipilih tersebut tak selalu lebih baik dari
orang yang tak terpilih atau yang tak disukai, karena kadang –kadang orang yang
tak terpilih dapat lebih romantis dan berperasaan. Tentu saja makin banyak kita
menghilangkan sikap yang bermusuhan yang tak masuk akal dan praduga akan lebih
mampulah kita untuk menjadi pemimpin.
Baca Juga : Joe Biden Dan Kekatolikannya
Dalam suatu
lingkungan demokratis, kita perlu untuk bersikap mudah menerima kemampuan dari
setiap anggota kelompok. Setiap anggota diberi kesempatan untuk menunjukan
kemampuanya, apapun yang mereka berikan atau tunjukan bukan berdasarkan upah
atau balas jasa yang mereka terima ,akan tetapi lebih bersifat perasaan dalam
bentuk penghargaan moril.
Dalam suatu
kelompok yang demokratis sejati, tak ada konflik antar pribadi dan sosial,
sebab masing-masing saling membutuhkan dan saling mendukung. Di dalam hal ini
sebagai pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat melihat baik secara
emosional dan intelektual dimana saling membutuhkan adalah merupakan suatu
keadaan yang tak pernah berakhir.
Secara
perspektif, kami menunjukan problem-problem etis yang timbul pada seorang
pemimpin yang memimpin kelompoknya secara aktif. Dimana sikapnya mempengaruhi kepemimpinanya, seperti kepemimpinan
mempengaruhi sikapnya.
Kami akan
melukiskan suatu problema bagaimana aktivitas pemimpin dalam bertugas, dalam
hal ini dapat dilihat dari hasil akhir kegiatan kelompok, sampai berapa jauh
jangkauanya.
Hal itu merupakan
ukuran etika dalam memimpin kelompoknya dan kita dapat mengetahui aktivitas dan
perananya.
Ide-Ide Tidak untuk Dirahasiakan Tetapi untuk Diumumkan
Menurut saya bukan
satu-satunya perhatian untuk dibantah bahwa seorang pemimpin akan menjadi
seorang yang demokratis dengan jalan membela, bahkan dengan sengaja
memanipulasi terhadap kelompok, terutama terhadap anggapan yang diyakininya.
Manipulasi semacam ini dapat dibayangkan bahwa teknik yang digunakan pemimpin
merupakan moral yang tercela, terutama dalam mengobral suara untuk menolak
pandangan lawanya atau seakan-akan memberi semangat pada simpatisanya tetapi
dalam berbicara selalu mendahului
mereka.
Kita berbicara sebagai
seorang pemimpin memegang posisi seperti yang diharapkan sehingga anggota
kelompok dapat menyetujui pikiran kita dan menerima pendapat kita. Pada saat yang
sama tentunya ingin berlaku proses etika dan demokrasi sesuai dengan fungsinya.
Bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsinya?
Dalam tahap
pertama seorang pemimpin seharusnya menyampaikan secara terbuka pada kelompok
tentang apa yang dia inginkan, sambil siap membuat lebih jelas terhadap
kegiatan yang akan dijalankan, bahwa ide ini merupakan persoalan yang perlu di
pertimbangakan, dimodifikasikan atau bahkan ditolak sama sekali.
Apakah pernyataan
tersebut dicetuskan pada saat dimulainya suatu pertimbangan atau dalam diskusi
kelompok, hal ini tergantung pada sifat kelompok atau tergantung pada persoalan
yang dibahas.
Suatu kelompok
dimana anggota-anggotanya sudah saling mengenal dan tahu lebih mendalamtentang
pemimpin mereka, serta mempunyai tingkat kematangan yang cukup baik, biasanya
lebih siap dalam melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan kelompok yang
anggotanya satu dengan yang lain tidak saling mengenal.
Pada prinsipnya
pemimpin harus selalu terbuka walaupun terdapat bermacam-macam karakter yang
ada pada kelompok. Dengan keterbukaan ini anggota akan bersedia mengikuti
pemimpin.
Pada tahap kedua,
pemimpin yang mempunyai etika memberi kesempatan yang baik kepada anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan pendapatnya bila terjadi perbedaan denganya. Hal
ini berdasarkan atas sikap dari pemimpin yang menghargai nilai akan kesamaan.
Pemimpin ini biasanya memberikan dorongan dan menghormati pendapat yang
diberikan oleh anggota. Dalam beberapa hal keyakinanya kemungkinan juga salah.
Keyakinan disini lain dengan dogma dan prasangka tetapi berdasarkan bukti dan
observasi yang telah dilakukan pemimpin.
Tak seorang pun siap untuk menjadi pemimpin yang demokratis bila menganggap pendapatnya tak dapat disalahkan
Pada tahap
ketiga, kelompok yang menghadapi persoalan-persoalan perlu memperoleh bukti
yang reliable maupun yang tak reliable sehingga pada setiap kesempatan bukti tersebut
dapat diexpose. Di sini etka kepemimpinan telah dilaksanakan dengan baik bahwa
ide yang ditunjuknya membutuhkan fakta yang luas, bukti dan kekuasaan yang
luas. Didalam hubunganya dengan pendidikan, resiko dan indoktrinasi secara
sadar atau tidak, para guru akan berkurang bila diadakan usaha pencegahan.
Keputusan yang
telah diambil tak akan dapat diramalkan dengan pasti bahwa hal itu dapat
diterima secara demokratis,bila anggota tidak sependapat dengan pemimpin dan
mungkin sekali anggota berbeda pendapat dengan harapan si pemimpin. Tetapi
dalam hal ini anggota selalu berusaha mendekati harapan pemimpinya.
Misal: bagaimanapun
juga keinginan pemimpin untuk suatu lembaga kepemudaan juga merupakan keinginan
dari kelompok secara keseluruhan. Hal ini tidak berarti bahwa berusaha
memanipulasi kelompok terhadap keinginanya, tetapi merupakn hasil persetujuan
yang nyata dan asli.
Kebanyakan
kekacauan dari kepemimpinan disebabkan kegagalan dalam membedakan diantara 3
peranan yang saling behubungan.
Pertama, persaman
didalam bersikap, adalah memberi semangat. suatu dukungan yang bervariasi dari
semua peserta adalah nilai yang penting.
Kedua, aktivitas
dalam memimpin suatu grup mengenai suatu keputusan atau perjanjian adalah
merupakn petunjuk atau perkiraan. Di dalam kasus ini seorang pemimpin diminta
tidak hanya untuk memperlihatkan sifat berat sebelah dimana anggota yang lain
tak diperhatikan, tetapi untuk menjamin hal itu justru merupakan cara untuk
membandingkan beberapa alternatif yang ada.
Ketiga,
melaksanakan dengan menambah dimensi baru. Disini dapat disebut sebagai
pelaksana. Hal ini merupakan peranan tentang penggunaanya dalam setiap
keputusan atau kebijakan yang telah di terapkan oleh kelompok.
Baca Juga : Ibu Yanti Mananga: Tugas Dan Hobi Perlu Ada Keseimbangan
Di dalam hal ini
administrator atau insinyiur, keduanya akan melaksanakan peranan-peranan mereka
sendiri, sebab mereka adalah anggota yang mempunyai tugas menjabarkan
persetujuan yang sifatnya umum menjadi khusus mudah dikerjakan dan pada tempat
yang sesuai.
Seorang Pemimpin Berarti Mencakup Banyak Hal
Dalam pelaksanaan
kegiatan disamping adanya etika, juga ada pemberian dorongan dan penunjukan
terhadap semua orang yang melaksanakan dengan penuh ketelitian. Nilai yang
terpenting adalah menuntut tanggungjawab dalam memberikan kepercayaan kepada
administrator atau insinyiur dalam melakukan tugas-tugas mereka sesempurna
mungkin. Hal ini penting agar bagi mereka yang diberi mandat tidak melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disetujui bersama dan dalam hal ini ada
sangsinya.
Sebagai contoh,
seorang insinyiur menggambarkan rencana untuk gedung pusat kepemudaan yang
sudah sesuai dengan kebijakan kelompok, dia tak akan berani merubah rencana
menurut apa yang disukainya. Demikian juga administrator membuat
peraturan-peraturan tidak semaunya sendiri, tetapi sudah merupakan persetujuan
kelompok.
Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Suster Elisabeth Sutedja Lulusan Terbaik Harvard University Yang Memilih Hidup Membiara
Tentu saja
seluruh kegiatan ini tak seharusnya dapat di ikuti oleh seorang pemimpin
walaupun waktunya berbeda. Di dalam memainkan ketiga peranan itu diperlukan
kelompok yang kreatif,semakin kreatif suatu kelompok semakin lebih besar pula
kemungkinan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk memainkan setiap
peranan tersebut. Di dalam hal ini peranan pelaksana mungkin lebih cakap dalam
memainkan suatu kebijakan yang sudah disetujui dalam penerapanya dibandingkan
dengan mereka yang lain. Jelasnya tidak ada yang tidak etis pada ketiga peranan
yang tampak dalam seorang pemimpin, terutama dalam batas-batas atau bakat yang dimilikinya.
Sekarang
masalahnya adalah pada tingkatan dimana dia sebagai seorang pemimpin yang
efektif, ia akan berusaha memberi dorongan anggota untuk menampilkan salah satu
peranan atau lebih. Kepemimpinan yang dapat mendistribusikan sifat kepemimpinan
adalah merupakan gambaran suatu etika yang demokratis dan hal ini merupakan hal
yang paling kuat dan paling langgeng kelangsungan kepemipinannya.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!