"Mengapa Anda menikahinya?" Jawaban terpopuler dan termudah adalah: Cinta!! Orang yang melihat perlunya materi (dalam kadar tertinggi hingga moderat) akan menyeletuk: "Makan itu cinta!"
Pada tema kali ini saya tidak bermaksud membicarakan perlu tidaknya materi. Namun sejalan dengan konteks itu, tulisan ini mau mengatakan, hanya cinta semata, memang tidak cukup untuk membina suatu mahligai pernikahan. Yang sangat diperlukan adalah empati.
Baca Juga : Melodi Hati
Kata orang, cinta adalah perasaan yang diperlukan untuk membuat manusia menjadi 'gila' atau kehilangan rasionalitas agar dapat mengambil keputusan menikahi idamannya sesegera mungkin. Dia lebih dibutuhkan sebagai pintu masuk pernikahan, namun bukan penggerak hubungan baik dalam perjalanan berikutnya. Orang sering berpikir, cintalah yang membuat sepasang insan mampu menjalin relasi yang baik. Bukan. Sebaliknyalah yang benar: “Cinta adalah akibat dari relasi yang baik, bukan penyebabnya”.
Yang amat perlu ialah empati. Inilah hal yang memungkinkan relasi baik yang kemudian menumbuhkembangkan cinta yang dijanjikan di hari pernikahan Anda. Setelah gagasan empati muncul di kepala, sulit dibayangkan adanya kualitas lain yang lebih bermanfaat bagi pernikahan. Riset menunjukkan, 90% masalah dalam pernikahan akan lebih mudah teratasi jika pasutri (pasangan suami-istri) mempunyai empati.
Empati dalam pernikahan adalah keutamaan (virtue) untuk memandang hal, masalah, atau peristiwa dari perspektif pasangan atau menempatkan diri pada posisi pasangannya. Elemen konstitutif dari keutamaan ini adalah daya-pikir dan daya-rasa yang tertata secara seimbang. Kebanyakan orang dapat melakukan salah satunya dengan baik. Ada orang yang amat sensitif untuk merasakan (berbela-rasa) kepedihan pasangan. Ada yang cerdas memecahkan masalah pasangan dengan daya-pikirnya. Yang sulit adalah melakukan keduanya sekaligus secara seimbang.
Setelah sekian tahun menjalani hidup pernikahan, Anda pasti mempunyai sejumlah label untuk pasangan Anda. Jika Anda mulai berempati, Anda akan mempinyai sudut pandang baru. Anda akan memandangnya secara berbeda dari sebelumnya.
Baca Juga : Setangkai Bunga Rumput
Cobalah untuk berempati, mujizat akan terjadi di luar dugaan Anda. Empati menumbuhkan pengertian yang lebih besar. Pengertian mengundang kesabaran. Kesabaran mengumpulkan kemurahan hati. Kemurahan hati mendatangkan sikap mengampuni. Semoga bermanfaat.
Fiersa Besari, penulis dan pemusik Indonesia berpendapat bahwa kita butuh empati, lebih dari penghakiman. Butuh berbagi pendapat, lebih dari penghukuman. Butuh solusi, lebih dari sekadar kritik dan makian. Karena, yang lebih menyedihkan dari melihat seseorang yang berbuat kesalahan, adalah melihat orang-orang memaki seseorang yang berbuat kesalahan.*
Penulis : MYB
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!