Ketika masa remaja dulu beberapa artikel terkait kisah Muder Teresa dari Calcuta-India sempat saya baca. Dikisahkan bahwa segenap hidupnya (Bunda Teresa) didedikasikan untuk orang-orang terlantar, orang-orang terpinggirkan. Muder Teresa menjadi ibu bagi para penderita kusta, dan orang yang dipandang rendah. Ia menerima kaul kemiskinan. Dan menjadi sahabat bagi orang-orang miskin.
Lantas apakah dalam konteks ini saya ingin menyamakan Ny. Merliyati Simanjuntak dengan Bunda Teresa?
Jelas tidak. Dual profesi yang berbeda. Muder Teresa ia menjalani panggilan hidup salibatnya. Sementara itu, Ny Merliyati terkait status yang melekat pada dirinya sebagai istri Bupati Sumba Timur, Bpk Drs Khristofel A Praing, M.Si. Selain itu jabatan yang melekat pada dirinya sebagai ASN/PNS. Sebagai istri Bupati Sumba Timur ia tentu memiliki tanggung jawab moral sebagai ibu dari segenap warga-masyarakat Sumba Timur.
Baca Juga : Cerita Pasca Banjir Sumba Timur April 2021
Sebagai ibu untuk semua orang maka naluri keibuannya membuncah sedih kala melihat sebagian warga menjadi korban bencana banjir. Ia menjadi bagian dari derita para korban. Bukan saja sekedar bersimpati tapi melibatkan diri secara langsung dengan menyalurkan bantuan untuk para korban bencana alam itu.
Pemimpin bukan Sinterklas. Seperti cerita film anak dimasa natal. Sinterklas datang lalu bagi-bagi hadiah. Pemimpin politik (daerah) memiliki tingkat kompleksitas yang unik. Bukan saja soal kebijakan yang konstitusional tapi ada sisi-sisi nurani yang menyentuh bahkan "mengobati." Seperti keteladanan, keberpihakan dan dedikasi untuk rakyat yang dipimpinnya. Itu bak energi dikala bencana membangkitkan semangat dikala putus asa disaat orang tiada harapan.
Dalam konteks ini kehadiran istri Bupati Sumba Tiimur ditengah bencana (saat menolong para korban) menjadi inspirasi bagi banyak orang. Banyak perempuan khususnya. Menggetarkan rasa yang tertidur dan membangkitkan energi kesetiakawanan antar sesama manusia. Ini pertanda bahwa pemimpin itu hadir. Menjadi pemimpin didalam segala keadaan.
Baca Juga : Rambu Konda Anggung Praing
Peran sang istri bupati ini membenarkan pepatah yang mengatakan “Dibalik sukses suami, ada peran istri hebat disampingnya”.
Generasi ini (kita) menjadi saksi sejarah bahwa telah terjadi bencana alam yang dahsyat di Sumba Timur. Tanggal 04 April 2021 banyak lokasi dilanda banjir. Ribuan orang mengungsi dan kehilangan harta benda. Berikutnya tanggal 05 April 2021 Sumba Timur kembali diterjang badai siklon tropis Seroja menumbangkan banyak pohon dan tanaman dan banyak juga rumah warga diterjang badai itu.
Dua malam dan dua hari Kota Waingapu sepi tanpa aktivitas. Malam bagai kota mati. Tanpa listrik dan koneksi jaringan internet. Siangnya tanpa aktivitas seperti biasanya.
Semua mata warga tertuju pada kejadian yang tidak diprediksi bahwa akan terjadi bencana sehebat itu. Beruntung gerakan civil society begitu masif untuk menolong para korban. Membuka posko-posko penampungan. Beberapa gereja (GKS) dijadikan tempat penampungan sementara untuk korban banjir. Ada pula beberapa warga yang ikhlas rumahnya dijadikan penampungan sementara. Semua bersatu atas nama kemanusiaan dan solidaritas.
Baca Juga : Ada Tangan Yang Berkuasa
Kita juga bersyukur bahwa ada aktivitas jurnalisme warga juga masif terlaksana. Walau masih jauh dari standar jurnalisme pada umumnya. Namun dari serpihan "berita-berita" itu kita bisa tahu telah terjadi bencana di sebagian wilayah Kabupaten Sumba Timur.
Terakhir, kita patut bersyukur kepada Bupati Sumba Timur yang sudah memberikan separuh napas, separuh jiwa, separuh sayap-nya kepada sang istri untuk membantu Sumba Timur kembali bangkit dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!