Guys ini cerita tentang teman-teman saya di Kefamenanu. Bahkan di antara mereka itu ada teman saya dari SD Yupenkris Kefamenanu sampai SMA. Dan mereka berteman "mesra dan intim" hingga hari ini. Mereka sangat bahagia serta solider hingga hari ini. Ini hasil pantauan saya dari Sumba (Waingapu) dari postingan akun sosial media mereka. Mereka itu anak Kefa berasal dari suku bangsa Indonesia. Kalau luar NTT sih paling banyak dari Bugis dan sebagiannya Jawa.
Kalau lihat perkoncoan ini ada Melan, Erni, Maya, Tenga, Siana, Elda, Eli, Shinta, Asriyani, Titin, Heni, Yus, Susi, Merca, Yohan, dll (Bisa keriting jari ini kalau ketik semua dong punya nama). Kalau laki-lakinya itu Om Okto Melkiades, Yandri, Ang, Oprin dll. Dan Om Okto ini adalah “ketuasnya” pria perkasa yang saat ini menetap di Bali.
Baca Juga : Mengenal Kambaniru Beach Hotel And Resort, Hotel Bintang Empat Di Kota Waingapu
Embrio terbentuk perkoncoan ini pada tahun 1995. Saat semuanya menjadi siswa baru SMP Negeri 1 Kefamenanu. Mereka sudah mulai kumpul bareng, jalan-jalan bareng bahkan rayakan ultah bareng. Ya layaknya anak remaja era 1990-an. Perkoncoan ini pada jamannya sudah sangat paham soal fashion. Mereka itu remaja yang selalu ikut trend. Beberapa diantara kami atau saya misalnya, adalah pengagum berat mereka. Teman saya Edy, sempat naksir berat dengan salah satu geng remaja putri ini.
Mereka bukan remaja biasa. Diantara mereka (maaf tak perlu sebut namanya) adalah jawara di kelas dan idola sekolah. Mereka memang tampak menonjol dalam berbusana dan tampilan. Namun mereka remaja yang taat menjalankan ajaran agama masing-masing. Di era 1995 perkoncoan ini tak perlu diajarkan tentang toleransi. Itu sudah tumbuh secara alami. Sempat ada riak-riak kecil tahun 1998 (kalau tidak salah) tapi hubungan persahabatan di antara mereka tetap terjalin dengan baik.
Perkoncoan mereka terus dilanjutkan ke jenjang SMA. Segelintir mereka memilih masuk SMK (baca: SMEA) dan STM di Kupang, misalnya, Bro Andri Selan. Namun pertemanan itu tetap berlanjut. Akrab dan indah. Penampilan mereka saat itu gadis-gadis remaja nan cantik, asyik dan sangat paham masalah fashion. Karena terlihat sedikit menor ada yang mendapat perhatian khusus dari guru SMA saat itu. Di SMA ada penambahan member baru. Tak perlu disebutkan namanya soalnya mudah ditebak siapa sosok orang itu. Memang saat di SMA Negeri 1 Kefamenanu ada kewajiban memilih organisasi keagamaan bagi yang nasrani terutama yang Katolik. Namun mayoritas perkoncoan ini lebih memilih di persekutuan doa kharismatik. Untuk non katolik saya tidak tahu.
Sempat renggang ketika mereka banyak yang kuliah. Teman-teman yang dari Bugis ada yang sudah menikah. Namun setelah kelompok ini menyelesaikan studi sarjananya dan memutuskan kembali ke Kota Kefamenanu (Kefa) dan berkarir di sana pertemanan di antara mereka terjalin kembali bahkan semakin hangat dan akrab. Apalagi banyak di antara mereka sudah mapan dan sukses. Yang PNS sudah punya jabatan, ada yang dosen, polisi, pendeta dan pengusaha sukses. Mereka berkarier seperti keberagaman mereka. Tidak ada asupan "ideologis" lain selain berteman tiada akhir.
Sampai hari ini, mereka terus asyik merajut pertemanan, mengukir kisah dengan sikap setia kawan. Mereka bahagia dalam perkoncoan itu. Bebas dan lepas dalam mengekspresikan rasa pertemanan dalam koridor tata krama. Mereka tidak mengusik ruang privat temannya namun memahami apa yang terjadi dengan teman mereka yang lain.
Bayangkan saja mereka bisa menjaga kemesraan itu sampai 26 tahun kemudian? Wow.
Sempat sih pengen naksir salah satu diantara mereka namun masa itu serasa berat untuk mengungkapkan rasa ini. Akhirnya kecantol deh sama nona Sumba. Tapi Kefa walau jauh di mata namun selalu dekat di hati.*
NB : Maaf kalau yang lain namanya tidak disenggol!
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!