Semalam teman WA ke saya. Dianya bertanya, Mas bro, apa gaji sudah masuk? Saya jawan, belum abang. Dianya juga curhat kepada saya, Bro, isi dompet saya nyaris habis nih. Bagaimana rasanya, sudah dalam kondisi sulit gaji dan penghasilan lainnya yang diharapkan tersendat. Saya bilang, sabar saja Tuhan punya cara sendiri untuk kita. Ya begitulah biar saling menguatkan kita pakai bahasa penghiburan.
Beberapa minggu lalu, teman saya nekat ke tempat kerja dengan keuangan pas-pasan. Setelah dihitung ongkos transportasi plus biaya sebungkus nasi, uang yang tersisa dua ribu rupiah. Bayangkan saja, jika terjadi apa-ap : pecah ban, misalnya, apa cukup untuk ongkos tambal? Itu yang dinamakan nekat konyol, guys.
Baca Juga : Perubahan Nasib Dimulai Dari Diri Sendiri Tapi Kita Butuh Orang Lain Dan Campur Tangan Ilahi
Sepeda motor kongkor (motor tua yang tinggal rangkanya)
Saya memasang foto di atas karena dua hari terakhir sepeda motor tua ini selalu menerima saya di pintu masuk sekolah. Sepeda motor “kongkor” ini dipakai oleh salah satu siswa. Sepertinya, ia terpaksa pakai motor ini agar tidak terlambat saat mengikuti ujian kenaikan kelas.
Sepeda motor seperti ini seharusnya tak layak lagi untuk dikendarai - jika kita kaitkan dengan aturan berkendaraan. Beresiko tinggi tentunya.
Jika ia digambarkan sebagai manusia ia adalah orang dengan kebutuhan khusus. Atau kaum difable. Umpama lain ia seperti si tua yang sedang sakit. Tapi apa? Walau kondisi demikian ia tetap bermanfaat atau eksis dalam membantu orang lain. Seperti motor tadi, dalam “ketidaklayakan” ia ternyata masih bisa membantu siswa itu untuk mewujudkan cita-citanya minimal hadir di sekolah tepat waktu.
Manusia itu lebih dari segalanya. Manusia mempunyai daya cipta, karsa dan dan kemampuan untuk berkarya lebih. Modal dasar ini adalah kekayaan hakiki dari manusia itu sendiri. Maka apapun kondisinya bahwa hidup harus terus berjalan. Life must go on.
Baca Juga : Arti Sebuah Pertemanan Dan Tips Agar Pertemanan Tetap Langgeng
Namun hari ini, perlu diakui manusia juga bergantung pada uang. Tak terkecuali Anda, sayapun demikian. Namun kita memiliki cara untuk mengatasi ketergantungan pada uang tersebut. Tentu berbeda kualitas ketergantungan dari setiap orang baik bagi yang sudah mapan, keluarga baru maupun untuk kaum single.
Namun kita harus pastikan bahwa hidup harus terus berjalan. Kita bukan sebagai zombie tapi sebagai manusia yang berkualitas : berkualitas dalam bekerja, berkualitas dalam beragama, berkualitas dalam kemanusiaan, serta berkualitas pula dalam bersosial.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!