Apa itu inner circle? Inner circle kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya lingkaran dalam. Admin mau membahas secara sederhana apa itu lingkaran dalam kekuasaan. Atau lingkaran dalam organisasi.
Lingkaran dalam yang dimaksud adalah kumpulan orang-orang dalam yang dekat dengan pusat kekuasaan. Pemilik kekuasaan politik itu dimulai dari bupati/walikota, gubernur dan presiden. Tugas mereka selain memberi pertimbangan mereka juga memberi saran atau masukan dalam sebuah pengambilan keputusan. Malah, ada loh orang-orang terkuat di dalam lingkaran tersebut bisa saja mengubah sebuah keputusan yang sudah ditetapkan oleh si penguasa. Hal ini terjadi jika keputusan tersebut bisa memengaruhi stabilitas politik atau berdampak sistemik pada sebuah kondisi yang dapat menyebabkan huru-hara atau chaos dalam kehidupan masyarakat.
Baca Juga : Jangan Larang Guru Berpolitik
Lingkaran dalam atau orang dalam yang memiliki pengaruh ini berasal dari berbagai latar belakang. Ada dari politikus kawakan, bohir, pemilik modal, mantan jenderal atau seseorang karena adanya kedekatan personal (orang kepercayaan/tangan kanan penguasa). Bisa juga para pakar yang memiliki kedekatan personal dengan penguasa.
Orang-orang dalam lingkaran kekuasaan atau dalam pusat arus kekuasaan ini akan menentukan orang-orang yang akan menjadi "alat kerja" penguasa. Merekalah yang banyak menyodorkan nama-nama kepada penguasa dengan berbagai pertimbangan dan garansi.
Mereka yang dipilih nanti harus taat azas, tahu aturan main dan loyal pada penguasa. Bukan melaksanakan misi pribadi tapi misi penguasa. Jika melanggar rambu-rambu main, siap-siaplah di kick out.
Nah orang-orang yang "memblelo" pasti langsung ditendang dari lingkaran kekuasaan. Karena apa? Selain tujuan efektivitas kekuasaan, penguasa juga menghendaki keseimbangan stabilitas politik atau kekuasaan itu sendiri.
Makanya kita tahu penguasa saat ini selalu mempekerjakan profesional dari politisi dengan berbagai deal-deal politik tujuan tak lain agar roda pemerintah stabil dan tujuan dari politik sendiri adalah melanggengkan kekuasaan.
Baca Juga : Lompatan Jauh Kedepan
Kadang-kadang orang bertanya loh kenapa banyak orang pintar di Indonesia gak kepakai? Pintar saja gak cukup ya. Tapi harus punya kapasitas sosial (modal sosial), power sharing, loyalitas, dan paham dengan dinamika politik. Ingat pintar saja gak cukup. Jadi jangan menjerit sana sini.
Bagaimana akan dipakai? Modal pintarnya hanya dipakai untuk mengkritik sana sini, tidak mau belajar taat azas, dan sombong pula. Mau dipakai bagaimana? Maksud saya pekerjaan yang selalu bersinggungan dengan dunia politik. Orang pintar yang tahu cara mainnya pasti akan ditempatkan pada posisi strategis. Saat ini kita kenal ada Menteri Keuangan, Sri Mulyani atau Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Mereka itu tepat diposisinya. Mereka sesuai prinsip the right man on the right place.
Baca Juga : Dulu Lawan Kini Kawan, Politik Itu Cair Dan Unpredictable, Bro!
Makanya sampai hari ini saya masih ingat dengan apa yang dikatakan oleh Henry Kissinger dalam artikelnya Jakob Sumardjo (Kepala Negera) - mau jadi kepala negara? Seorang kepala negara wajib memiliki kekuatan, keberanian dan kecerdikan. Orang pintar jadilah bapak bangsa. Karena orang pintar itu pasti tidak bisa melawan rasionalitasnya. Bagaimana?
Demikian tulisan singkat ini semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca yang bisa saja suatu saat menjadi penguasa: kepala daerah, menteri bahkan presiden.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!