Seekor anjing kecil kurus dan tengik tiba-tiba keluar dari semak belukar yang menjadi pagar alami sepanjang jalan itu dalam perjalanan kami.
Seorang di antara kami dengan penuh iba memburu dan mengandapatkan anjing tadi. Saya bilang kenapa kamu kok nekat mau memegang apalagi mau memelihara seekor anjing yang nyaris mati ini? Saya beri saran pada teman saya itu dari kamu memunguti anjing itu mendingan kamu minta saja seekor anak anjing kepunyaan tetangga saya.
Baca Juga : Semaikan Rasa Syukur Dalam Kesederhanaanmu
Teman saya hanya diam. Sesekali ia tersenyum. Ia memperhatikan si doggy itu. Mengelus anak anjing itu dengan iba. Lalu ia memandangi saya dan berkata, "lihat saja nanti, bro!"
Hemm, saya hanya bisa menggelengkan kepala mendengar kata-katanya itu.
Anjing kecil tadi di bawa teman ke rumahnya. Setiba dirumah ia memandikan anjing itu, memberi makan, merawatnya dengan telaten. Seminggu kemudian anjing malang itu mengalami perkembangan yang signifikan. Kulit dan bulu yang rontok kini sudah mulai menunjukkan perubahan. Luka-luka pada kulit anjing mulai menghilang dan mulai tumbuh bulu halus di kulit anjing itu. Progres. Itu kata saya setelah melihat perubahan tersebut.
Baca Juga : Kepercayaan (Trust)
Anjing itu sudah nampak menjadi anjing yang sesungguhnya bukan lagi "siluman" yang menakutkan. Sekarang anjing itu, tampak lucu dan menggemaskan. Ia mulai bersahabat dengan pengasuhnya.
Teman saya mulai membiasakan anjing itu. Membiasakan anjing itu makan pada tempatnya, melatihnya dengan isyarat khusus, dan membiasakan anjing itu dengan suasana rumah di lingkungan sekitar mereka. Dan anjing itu disiapkan sebuah kandang khusus sebagai tempat tinggalnya.
Setahun kemudian, anjing yang kurus dan tengik itu menjadi seekor anjing yang atraktif dan menghibur oleh karena kecerdasannya. Sayapun mengapresiasi teman saya yang hebat itu. Kerja kerasnya melampau ekspektasi saya.
Itu hanya seekor anjing yang mendapat belas kasih dan perlakuan baik dari manusia. Seekor anjing yang nyaris mati dan mungkin saat itu anjing tengik itu tampak menjijikan, akan diusir bila bertemu bahkan mau dibunuh karena keadaannya namun karena mendapatkan perlakuan yang baik ia menjadi anjing yang atraktif dan menggemaskan bagi orang-orang yang melihatnya.
Baca Juga : Tips Sukses Untuk Pria Gagal Tampan Supaya Selalu Tampil Menarik Dihadapan Wanita
Bagaimana dengan manusia yang memiliki cipta, rasa dan karsa yang sama?
Saya pernah diceritakan bagaimana seseorang itu sukses ketika dulu ia dicap sebagai orang yang "terbatas" dalam kemampuan akademik dan melarat secara ekonomi. Riwayat pendidikannya kurang diapresiasi. Tapi oleh karena ketekunan, kerja keras dan motivasi tinggi ia saat ini berubah total baik secara materi maupun status sosial di masyarakat. Ia bahkan mendapat kedudukan yang baik di birokrasi, menjadi pejabat negara, misalnya.
Teman-teman seangkatannya mulai sirik dan menyebarkan isu-isu murahan. Oh karena faktor kedekatan, ia itu penjilat, dan ia membayar untuk mendapatkan jabatan, dan lain sebagainya.
Kecerdasan manusia itu ada kecerdasan intelektual (iq) dan kecerdasan emosional (eq), dll. Kalau seseorang memiliki keduanya beruntunglah dia.
Pertanyaan kenapa orang yang dibilang pintar pada masanya kok di luar ia dilampaui? Atau biasa-biasa saja. Kalau ia pintar dan sombong dan keras kepala dalam sistem saat ini mending dia memilih menjadi seorang peneliti. Keilmuannya terus diapresiasi.
Baca Juga : Tak Perlu Iri Dengan Kehidupan Orang Lain Karena Setiap Orang Punya Rezeki Masing-Masing
Namun demikian keberhasilan orang yang biasa secara akademik tentu karena faktor dari dalam dirinya, faktor lingkungan dan terakhir yang tak terlihat yakni garis tangan atau nasibnya.
Terkait perubahan yang bekin orang kaget, semua tampak dalam diri Presiden Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Coba saja cek rekam jejak mereka secara akademik dan jalan hidup mereka masing-masing. Maaf ini diluar kampanye politik. Bukan iklan politik ya. Sekedar ingin membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil jika kita mau mengubah nasib kita sendiri dan atas kehendak ilahi.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!