Berbicara kemanusiaan kita tak akan pernah melihat identitas. Kemanusiaan itu satu (Bung Karno). Dalam beberapa tulisan singkat, saya kerap bilang kemanusiaan itu menjangkau perbedaan. Kemanusiaan itu universal. Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa jika dia bukan saudaramu dalam iman maka dia adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Yesus Kristus dalam sabda - Nya : “Kasihilah sesama-mu manusia seperti dirimu sendiri. "
Tentang donor darah seseorang pernah “menggadaikan” nyawanya demi menolong sesama.
Baca Juga : Perubahan Nasib Dimulai Dari Diri Sendiri Tapi Kita Butuh Orang Lain Dan Campur Tangan Ilahi
Seorang bapak yang bergolongan darah AB pernah berkisah tentang sikapnya yang ikhlas demi menolong orang lain dengan mendonorkan darahnya untuk seseorang yang tak ada kaitan sama sekali. Padahal belum waktunya ia harus memberi darahnya untuk orang itu. Menurut dokter waktu yang baik untuk donor adalah 3 bulan setelah ia melakukan donor darah sebelumnya. Namun karena dorongan kemanusiaan dan belas kasih ia berani mendonorkan darahnya walau belum waktunya. Setelah itu nyawanya terancam. Selain belum waktunya, faktor usia dan kondisi fisiknya yang tidak mendukung.
Cerita serupa terjadi pada seorang pemuda. Ia terdorong oleh rasa kemanusiaan sehingga ia berani menyumbangkan dua kantong darah dalam sekali donor. Setelah itu ia menerima resiko yaitu pingsan karena kondisinya saat itu kurang fit. Normalnya satu kantong untuk satu kali donor. Ini dilakukan untuk menolong seorang anak yang menderita anemia akut.
Beberapa saat lalu, teman dekat pernah cerita bahwa ia harus menandatangani perjanjian karena sikap tegasnya mau mendonorkan darahnya. Kenapa dia harus tanda tangan? Karena sudah diingatkan oleh perawat yang bertugas. Hal ini dilakukan karena saat itu dia dalam kondisi tidak sehat (sakit). Namun karena susahnya mendapatkan darah A ia bersedia mendonorkan darahnya karena seseorang dalam kondisi kritis.
Suami dari istri yang akan ditolong teman saya ini menangis karena rasa haru dengan pengorbanan teman saya tadi. Disaat yang sama ia kuatir dengan nasib teman saya itu.
Baca Juga : Arti Sebuah Pertemanan Dan Tips Agar Pertemanan Tetap Langgeng
Puji Tuhan semua orang yang berniat baik dan bersikap mulia selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Kuasa dan sampai hari ini mereka sehat-sehat saja.
Saya mengalami sendiri ketika seseorang membutuhkan darah. Betapa susahnya mendapatkan darah saat kita benar-benar membutuhkan. Saya juga berjumpa dengan orang-orang yang peka dengan kemanusiaan. Mereka berjiwa besar dan besar pula kepedulian mereka kepada sesama. Bersikap ikhlas dan tanpa embel-embel saat menolong sesamanya.
Dulu saya orang yang takut mendonorkan darah. Lihat jarum suntiknya saja sudah bekin ngeri. Apalagi lihat darah yang mengalir memenuhi kantong darah yang disediakan.
Pada suatu titik ada kesadaran bahwa saya juga harus merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman yang sudah mendonorkan darahnya kepada orang yang saya cintai. Mereka mungkin saja saat itu tidak mengenal saya namun oleh dorongan kemanusiaan mereka ikhlas mau menolong saya, walau bukan pada saya tetapi pada istri saya, keluarga saya, bahkan teman-teman saya.
Baca Juga : Tuhan Dan Keajaiban-Nya
Selain itu mendonorkan darah merupakan sikap atau aksi kemanusiaan yang nyata dan lebih besar nilainya dari pemberian materi (uang, dll). Mendonorkan darah membuat tubuh kita lebih sehat dan bisa mengetahui kondisi kesehatan kita sendiri.
Dengan dasar pemikiran ini akhir sudah beberapa kali saya sudah mendonorkan darah untuk sesama yang membutuhkan. Jika saya tak punya harta, maka pikiran yang diberikan, jika saya terbatas soal intelektual maka tenaga yang akan saya berikan atau mendonorkan darah jika memang dibutuhkan. Setetes darahmu menyelamatkan nyawa saudaramu yang lain.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!