Ditengah suasana bangsa yang sedang dilanda pandemi virus corona dan usaha pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus corona dengan berbagai kebijakan tiba-tiba muncul wacana presiden tiga periode. Orang waras tentu merasa aneh bin ajaib dan sungguh mengerikan. Dan secara umum bisa dikatakan itu menjadi preseden buruk bagi demokrasi bahkan serakah bagi pemimpin yang menerima tawaran itu tak terkecuali Presiden Joko Widodo.
Beruntung melalui video singkatnya Presiden Joko Widodo sudah membuat pernyataan tegas bahwa dirinya tak tertarik sama sekali dengan segala macam wacana kontra produktif seperti itu.
Baca Juga : Selamat Ulang Tahun Presiden Joko Widodo Ke-60 Dan Selamat Memasuki Gerbang Lansia
"Ada yang ngomong presiden dipilih tiga periode, ada tiga menurut saya : satu, ingin menampar muka saya, ingin cari muka padahal saya sudah punya muka, dan ketiga ingin menjerumuskan. Itu saja."
Itulah pernyataan resmi presiden Jokowi dalam cuplikan video singkat tersebut. Pernyataan itu menegaskan bahwa Presiden ke-7 Indonesia ini tidak memiliki lagi syahwat berkuasa untuk periode ketiga. Ia hanya ingin fokus menyelesaikan visi-misinya di tiga tahun terakhir kepemimpinannya bersama wakil presiden Kyai Haji Mar'uf Amin.
Wacana presiden tiga periode ini erat hubungannya dengan suasana Pilpres 2024. Tiga tahun dalam dunia politik itu waktu yang singkat. Karena setiap parpol sudah harus menyiapkan kandidat calon presiden, logistik politik dan konsolidasi. Ini bukan perkara mudah. Ini memerlukan energi besar, pemikiran, analisa, strategi dan intrik politik. Makanya salah satu intriknya adalah menghembuskan wacana presiden tiga periode. Dampaknya ada untung dan buntung wacana ini.
Untung dan buntung maksudnya seperti ini. Di era reformasi sejak tahun 1998 ketika Presiden dipilih secara langsung tercatat dua presiden dipilih dua periode yakni mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan incumbent Presiden Joko Widodo.
Baca Juga : Nama Presiden Joko Widodo Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Uni Emirat Arab
Nah, wacana presiden tiga periode ini memberikan dampak politik elektoral kepada Pak SBY dan Demokrat-nya walau Demokrat kini dinakhodai oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Karena ada banyak pendukung Pak SBY yang akan terbawa kembali ke nostalgia masa lalu. Masa dimana Pak SBY menjadi presiden dalam periode 2004-2009 dan 2009-2014.
Dalam sebuah konferensi pers pak SBY pernah menyampaikan bahwa dari hasil safari politik-nya masyarakat menghendaki agar mantan Presiden SBY (dirinya) kembali mencalonkan diri menjadi calon presiden (sekitar tahun 2019). Meskipun dilarang oleh konstitusi kita yakni UUD 1945 hasil amandemen.
Dampak negatif bagi Presiden Joko Widodo adalah wacana itu mendelegitimasi kepemimpinan Presiden Joko Widodo sendiri. Menampar mukanya dan menjerumuskan rakyat Indonesia seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi. Presiden Indonesia ini bisa dituduh mengkhianati semangat reformasi yang diperjuangkan berdarah-darah oleh mahasiswa tahun 1998. Dan itu yang ingin dicapai oleh para "master main" di belakang layar. Mereka tahu banyak loyalis dan simpatisan Jokowi bisa menentukan kemenangan dalam perhelatan akbar Pilpres 2024. Maka wacana presiden tiga periode ini salah satu senjata politik mereka.
Baca Juga : Tetap Teguh Pak Jokowi
Wacana presiden tiga periode ini adalah usaha untuk menciptakan arus balik ketidakpercayaan masyarakat kepada Presiden Joko Widodo. Namun rakyat Indonesia mesti yakin bahwa Presiden Joko Widodo akan tetap setia pada UUD 1945 dan tetap berikhtiar pada semangat reformasi 1998.
Jika pun Presiden Joko Widodo mengalah karena desakan kepentingan politik pada akhirnya Pak Jokowi akan berhadapan dengan pendukung dan pemilihnya sendiri. Sebaiknya presiden Kita Bapak Joko Widodo menjadi bapak bangsa dan panutan bagi segenap anak bangsa Indonesia tercinta.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!