Catatan harian ini mewakili harapan dari Pasutri (pasangan suami istri) yang mempunyai sejuta impian menjadi keluarga indah dan bahagia. Namun untuk menggapainya butuh tetesan keringat yang tidak sedikit, butuh pengorbanan dan bahkan suami-istri harus “membayar” mahal. Benar, bahwa tangisan, kesedihan dan penderitaan kadang menghiasinya. Karena itu janganlah sesali kalau senyuman itu pernah hambar, tatapan itu kadang-kadang kosong dan sapaan itu sepintas berlalu saja. Itu adalah riak-riak yang mencatat indahnya sebuah perjuangan (membangun rumah tangga).
Artikel Lain MYB : Sekiranya Kamu Perlu Memberinya Anggur Asam
Ingatlah Pasutri, bahwa perkawinan bukanlah sebuah proyek hidup yang sekali jadi lalu selesai. Tanamkanlah bahwa bukan otomatis kebahagiaan dan kesuksesan hidup berkeluarga menjadi milikmu, walau Allah berjanji menyediakan kebahagiaan bagi semua orang. Pernikahan itu justru langkah awal untuk memulai hidup yang baru, di mana kamu resmi menjadi keluarga dan tinggal di atap yang sama. Karena itu kamu dipanggil untuk menatanya, memeliharanya dan melestarikannya. Ini salah satu panggilan luhur umat kristiani, menyalurkan kasih Allah lewat pernikahan.
Ingatlah Pasutri, saat kamu resmi menjadi pasangan suami-istri, bukan berarti perbedaan itu terhapus, bukan juga otomatis sifat itu terkikis dan pembawaan asli itu hilang. Pernikahan juga bukan suatu “parade siklus” atau “mie instan” dalam sekejap berubah dan siap saji. Itu adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, kerjasama dan kesabaran.
Artikel Lain MYB : Makna Cincin Nikah Dalam Perkawinan Katolik
Namun, perbedaan dan sikap yang tidak sama, tidak menghalangi pasutri katolik untuk menciptakan keluarga yang harmoni. Bukankah makanan yang enak itu diresapi oleh bumbu yang berbeda? Bukankah bunga yang di pot itu sangat indah karena terdiri dari beberapa warna? Bukankah lukisan indah itu merupakan kombinasi warna yang bervariasi? Bukankah Gereja itu dihuni oleh insan yang tidak sama? Duduk semeja waktu makan, genggaman erat kasih dan cinta di ruang televisi, cipika atau cipiki saat mau pergi kerja dan saat pulang ke rumah, bukanlah hal yang mahal namun itu bisa menciptakan kesatuan dalam rasa dan perasaan.
Maka satu hal yang perlu ditanamkan ialah kata “kita” dan bukan saya, kamu apalagi kau. Kata “kita” mengandung makna dalam, kita berjalan bersama, problem itu adalah masalah kita bersama dan bukan masalahku dan masalahmu karena itu kita atasi bersama. Jangan posisikan dirimu di luar masalah itu, atau hanya menjadi penonton. Yesus mengatakan, “Karena itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, maka keduanya menjadi satu. Jadi mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” Kata kita bermaksud mempersatukan sementara, sementara kamu apalagi kau, itu memisahkan.
Artikel Lain MYB : Apakah Perselingkuhan Dan KDRT Bisa Menjadi Alasan Untuk Pasangan Suami Istri Katolik Bercerai?
Hindarilah “pembawaan” yang kurang bijak dari suami. Ketika anakmu cantik, bersih, harum karena baru mandi, kamu mengatakan, “Wah anak kita benar-benar cantik atau tampan, sambil kamu gendong dia”. Saat anak itu kotor, belum mandi dan bahkan ingusan, dengan keras suami mengatakan, “Nah, anakmu ini….. dan kamu tidak mau menggendongnya”. Contoh sederhana namun memberi suatu penegasan yang bisa menyakitkan, bukan hanya untuk sang istri tetapi juga si anak.
Karena itu, indah kalau suami bergumam, “Dalam kelemahanku, istriku menjadi “solusi” terbaik sehingga aku kuat. Dan istri mengatakan, “Dalam keletihan dan kesedihanku, suamiku menjadi pelepas dahaga, dan pelipur lara”.
Artikel Lain MYB : Hebatkah Kamu Dengan Melabrak Balik Orang Yang Menyakitimu?
Jadikanlah kalimat doa berikut ini menjadi hiasan hidupmu sebagai pasutri yang bahagia:
Suami: “Allah sumber cinta, Aku meyakini bahwa istriku ini adalah hadiah terindah darimu yang kuterima dari kemuarahan-Mu”.
Istri: “Allah yang pemersatu, saya bersyukur karena suamiku ini merupakan harta tak terkira yang sangat berharga dan membuat perbedaan dalam hidupku”.
Suami dan Istri (bersama-sama):
Allah, sumber cinta sejati, Engkau telah mempersatukan kami dalam ikatan perkawinan yang suci. Kami bersyukur atas segala pengalaman selama perjalanan perkawinan kami: atas segala suka dan duka; atas kebahagiaan dan penderitaan; atas untung dan malang; terlebih atas rahmat kesetiaan yang telah memungkinkan kami berpegang teguh pada ikrar perkawinan kami: berpadu dalam cinta.
Artikel Lain MYB : Katakan Kepada Pasanganmu : You Are My Everything
Semoga karena berkat-Mu kami saling menguatkan dalam menghadapi tantangan dan godaan yang mangancam keutuhan kami. Semoga dari hari ke hari perpaduan kasih kami semakin kuat, dan perkawinan kami sungguh menjadi sakramen kasih Kristus terhadap Gereja. Dan kelak, apabila tugas kami di dunia telah selesai, perkenankanlah kami berdua menikmati kebahagiaan abadi bersama-Mu. Amin.*
Ditulis oleh MYB/Facebook.com
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!