Suatu hari seekor tikus datang menghadap pada seorang penyihir. Katanya pada penyihir itu dgn nada serius.
"Tuan yang baik ijinkan saya menyampaikan maksud hati kepada tuan"
"Ada apa tuan tikus?" Tanya si penyihir itu dengan nada penasaran.
"Bisakah tuan mengubah saya menjadi seekor kucing? Dengan menjadi seekor kucing maka saya dapat memangsa rekan-rekan saya yang selama ini menjadi musuh saya," beber tikus itu.
Baca Juga : Siapa Mau Uji Nyali Jadi Orang Jujur?
Tak butuh waktu lama setelah si penyihir mendengarkan penjelasan kliennya lantas si penyihir itu membacakan mantranya. "Sim salabim abra kadabra" maka tikus tersebut seketika berubah menjadi kucing.
Setelah menjadi kucing ia pun pergi ke kampung dimana kelompoknya berada. Kucing jadi-jadian itu meramangsa habis tikus-tikus yang dianggap menjadi musuh dalam selimut. Ia merasa puas setelah menjadi kucing karena semua rencananya bisa terlaksana.
Suatu hari si tikus itu datang lagi kepada penyihir untuk mengubah wujud kucingnya menjadi seekor harimau. Ia merasa ternyata menjadi seekor kucing itu tidak cukup kuat untuk melawan gerombolan serigala-serigala yang sewaktu-waktu bisa saja membunuhnya. Dan ia pun mengutarakan niatnya.
Baca Juga : Kepercayaan (Trust)
Bukan hal yang sulit bagi sang penyihir untuk mengubah wujud dari satu bentuk ke bentuk lain apalagi ini hanya soal bisnis memenuhi sesuatu menjadi permintaan pelanggan jika "bayarannya" cocok. Dan kali ini wujud tikus yang sebelum menjadi kucing berubah menjadi harimau.
Setelah menjadi penguasa rimba, nafsu berkuasa dari si tikus memuncah.
"Mengapa tidak sekalian saja menjadi penyihir?" Pikirnya.
Datanglah ia menghadap si penyihir dengan penuh harap. Ia memasuki gerbang rumah sang penyihir dengan percaya diri layaknya seekor macan. Didepan penyihir ia berkata.
"Tuan mengapa tuan tidak sekalian saja mengubah wujud saya seperti wujud dirimu?" Pinta si tikus dengan nada rakusnya.
Mendengar permintaan si tikus rakus ini penyihir menjadi murka.
"Dasar kamu yang tidak tahu diri dan serakah mulai saat ini saya rubah wujudmu kembali menjadi seekor tikus."
Baca Juga : Melakukan Kebaikan Membutuhkan Mental Kuat
Tongkat ajaibnya diarahkan ke kucing itu sambil membaca mantra. Sekejap si tikus yang sudah berubah wujud menjadi harimau kembali ke wujud aslinya. Kucing itupun lalu dilempar keluar rumah oleh penyihir. Disana seekor kucing hitam milik penyihir menyambutnya dengan cakar-cakar tajamnya. Tikus serakah itu begitu menderita dan akhirnya menjadi santapan enak kucing milik penyihir.
Cerita ini admin adaptasi dari sebuah artikel yang dimuat pada Opini Kompas tahun 2010.
Pada prinsipnya keinginan manusia tidak terbatas namun alat pemuasnya terbatas. Nah untuk memenuhi hasratnya maka berbagai upaya dilakukannya. Jika berbagai upaya itu dilakukan secara benar tentu itu baik. Namun jika keinginnya berubah menjadi nafsu dan serakah yakinlah seseorang akan berusaha dengan segala cara termasuk dengan cara-cara yang tidak halal.
Baca Juga : Wan Ping : Kebaikan Sejatinya Memang Untuk Dibagikan
Disinilah gambaran seekor tikus serakah akan nampak jelas. Ia akan menempuh segala cara untuk mewujudkan syahwatnya. Meminjam doktrinnya Deng Xiaoping, " mau jadi kucing putih atau hitam asalkan kucing itu bisa menangkap tikus." Pemikiran yang absolut jahatnya.
Nah guys, kita perlu waspada dengan manusia macam ini. Dia tidak akan mengenal kawan atau lawan. Yang ada di kepalanya bagaimana ia bisa memanfaatkan semua orang untuk mewujudkan kepentingannya. Termasuk mengorbankan kawannya untuk mewujudkan syahwatnya. Dan setelah itu dia akan pura-pura manis dan baik. Namun itu semua hanya topeng.
Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat bagi kita semua.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!