Saya pernah menyaksikan seorang tetangga saya sudah mati selama beberapa jam. Ketika sudah siap-siap dimandikan, ternyata dia hidup kembali. Dia lalu menceritakan banyak hal tentang pengalaman mati beberapa jam itu. Sesudah itu, dia sungguh berubah, dari seorang yang hidupnya amburadul menjadi orang yang sungguh taat beragama. Pertanyaan saya, apakah dia itu benar-benar mati atau tidak? Apakah penglihatan seperti itu benar-benar menggambarkan keadaan surga? Menurut iman Katolik, bagaimana kita menyikapi cerita-cerita yang dikatakannya itu?
Baca Juga : Sebuah Catatan Untuk Pasutri Katolik : Pernikahan Bukan Parade Siklus Atau Mie Instan
Baiklah. Apa diceritakan itu disebut pengalaman mati suri. Dalam hal ini, kita harus membedakan antara kematian klinis dan kematian biologis. Kematian klinis ditandai oleh hilangnya tanda-tanda kehidupan, seperti misalnya detak jantung, pernapasan, kesadaran, dan juga hilangnya aktivitas gelombang otak. Alat-alat pendeteksi medis akan menunjukkan garis mendatar. Sedangkan kematian biologis adalah kematian jasmani yang tidak dapat ditolak dan dialami oleh setiap orang.
Oh gitu ya? Kalau mati suri itu masuk pada kematian klinis dan kematian biologis?
Baca Juga : Katakan Kepada Pasanganmu : You Are My Everything
Mati suri adalah pengalaman kematian klinis, tetapi belum kematian biologis. Pada kebanyakan orang kematian klinis langsung diikuti oleh kematian biologis.
Ada banyak pengalaman orang mengalami mati suri seperti itu. Biasanya orang-orang ini dinyatakan secara klinis sudah mati tetapi kemudian hidup kembali. Banyak kemiripan cerita-cerita yang dikatakan. Antara lain, bahwa mereka sadar bahwa sudah meninggal, melihat orang-orang yang hidup, dan melihat tubuhnya sendiri yang ditangisi sanak keluarga dan sahabat. Banyak dari mereka yang dibawa masuk ke dalam terowongan yang gelap tetapi pada ujung sana ada terang. Kemudian juga bertemu dengan orang-orang yang mereka kasihi yang sudah meninggal, termasuk para malaikat. Banyak juga yang melihat taman yang serba indah dan membahagiakan, mendengar nyanyian para malaikat, dan aneka ungkapan kebahagiaan dan kedamaian. Bahkan, beberapa juga mengungkapkan mereka bisa melihat kembali seluruh hidup mereka dan menilainya. Tetapi, kemudian dengan satu dan lain cara mereka diajak kembali masuk ke dalam tubuh mereka dan hidup kembali di dunia.
Baca Juga : Stigmata Dalam Pandangan Gereja Katolik
Soal cerita mirip itu benar. Tetangga saya yang sudah meninggal dan hidup kembali itu juga menceritakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan ini. Apakah itu benar?
Pengalaman mati suri tidak bisa dijadikan bukti yang tak terbantahkan akan adanya hidup kekal atau tentang bagaimana hidup kekal itu berlangsung. Bagi orang yang tidak percaya akan adanya hidup kekal, mereka menganggap pengalaman-pengalaman itu tidak lebih dari sekadar ungkapan psikologis dari keinginan akan hidup kekal. Tetapi, bagi orang yang percaya akan adanya hidup kekal, cerita-cerita itu meneguhkan iman kepercayaan mereka. Paling tidak, cerita itu adalah indikasi akan adanya hidup kekal.
Baca Juga : Bolehkah Orang Katolik Pergi Ke Dukun Atau Ke Paranormal?
Lebih lanjut, cerita ini bisa dibandingkan dengan wahyu privat yang tidak harus dipercayai. Iman kepercayaan kita harus tetap didasarkan pada wahyu umum yang telah dinyatakan dalam diri Yesus Kristus, Tuhan kita. Adanya kesesuaian antara cerita pengalaman mati suri dan ajaran Gereja, bisa saja dijadikan peneguhan atas ajaran iman kita.
Jadi, apa yang diceritakan itu merupakan pewahyuan privat yang tidak mengikat untuk dipercayai?
Ya. Wahyu privat seringkali bisa membantu kita untuk mengerti lebih baik wahyu umum dalam diri Yesus Kristus. Keterbatasan kemampuan insani kita membutuhkan sarana bantu yang sesuai dengan kemampuan insani kita. Cerita-cerita atau gambaran-gambaran seperti itu bisa membuat banyak ajaran Gereja lebih bisa kita cerna dan kita pahami. Sehingga tidak heran jika gambaran-gambaran konkret itu membantu juga penghayatan iman kita. Tapi bagaimanapun pendapat seseorang, yang tidak bisa dibantah adalah dampak yang sangat positif pada orang yang mengalami mati suri itu. Perubahan dan pertobatan ini bisa dilihat sebagai karunia yang diberikan Tuhan.
Baca Juga : Makna Cincin Nikah Dalam Perkawinan Katolik
Namun demikian, rincian gambaran tentang surga atau keadaan sesudah kematian tidak boleh dimutlakkan seolah-olah itulah gambaran yang sesungguhnya. Keadaan sesudah kematian, apalagi surga, adalah keadaan yang mengatasi konsep-konsep kita dan tidak bisa digambarkan secara tuntas oleh konsep-konsep kita (bdk 1Kor 2:9). Gambaran-gambaran itu bisa mempunyai dampak positif dan bisa sangat membantu, tetapi janganlah mematok seolah “ya begitulah surga.” Sangat mungkin bahwa rincian gambaran surga atau keadaan sesudah kematian itu sangat berbeda dengan kesaksian orang lain.
Begitu lah kira-kira semoga artikel ini menambah wawasan kita untuk mencintai iman katolik.*
Catatan : Artikel ini sudah diedit sesuai kebutuhan blog tanpa mengurangi arti dan maknanya.
Penulis : MYB
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!