Shalom, pembaca setia goresan pena Penulis Jalanan. Izinkan saya membagi pengalaman iman dari seorang saudara. Sebut saja kesaksian dari Bpk Nggala Hamba Ndima, S.Pd. Beliau saat ini menjabat sebagai Kepala UPT Pendidikan Wilayah Kabupaten Sumba Timur. Sebelum menjabat sebagai kepala UPT, beliau adalah Plt Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. Pak Nggala sebelum ke SMA Negeri 1 Rindi adalah guru bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Waingapu.
Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Suster Elisabeth Sutedja Lulusan Terbaik Harvard University Yang Memilih Hidup Membiara
Malam ini ada suka cita bagi keluarga besar Pak Nggala. Karena ada ibadah syukur di rumah kediaman Pak Nggala. Ada dua acara syukuran dimaksud. Pertama, syukuran baptisan untuk salah satu anaknya, dan kedua, syukuran sebagai kepala UPT yang baru. Terhitung sejak tanggal 27 Maret 2018 beliau adalah kepala UPT definitif dan pelantikannya dilaksanakan di Kupang.
Pasca pelantikan yang “cukup mendadak” ternyata banyak opini yang berseliweran. Maklum saja, jabatan kepala UPT itu jabatan karir bagi pegawai (PNS) - struktural, padahal beliau itu seorang guru. Guru itu jabatan fungsional. Yang namanya komentar itu sudah pasti ada yang positif ada juga yang negatif dan bagi saya itu lumrah di era demokrasi seperti hari ini.
Tapi saya percaya seorang pemimpin biasanya menerima berbagai saran dan kritik yang sifatnya konstruktif untuk kebijakan fundamental pendidikan.
Pak Nggala menceritakan saat pelantikan mereka secara gamblang. Yang oleh Pak Nggala itu sebagai rencana Tuhan. Karena apa? Jika dilihat dari sudut pandang manusia, ia tak pernah berpikir kelak akan menjadi seorang pemimpin (kepala), kepala UPT, misalnya, tapi bagi Tuhan itu suatu keniscayaan. Sampai pada titik ini saya berkesimpulan Pak Nggala itu seorang yang agamamis atau religius. Beliau juga memiliki sikap yang rendah hati.
Baca Juga : Wan Ping : Kebaikan Sejatinya Memang Untuk Dibagikan
Dalam kesaksiannya, beliau tidak pernah lupa dengan masa lalunya. Pak Nggala bilang kalau dirinya dibesarkan di pantai asuhan. Sampai hari ini, kehidupan masa lalunya adalah motivasi untuk terus berjuang. Saat mengisahkan perjalanan hidupnya, Pak Nggala sempat meneteskan air mata.
Kerendahan hati beliau ditunjukkan dengan sikap meminta dukungan dari semua pihak selama masa kepemimpinannya. Beliau orangnya terbuka, dialogis dan komunikatif. Itulah modal awal kepemimpinan beliau.
Baca Juga : Jika Engkau Memiliki Tuhan
Saat memberi kesaksian itu, ia mengungkapkan bahwa hidupnya adalah buah dari penyelenggaraan Ilahi (providentia dei). Walaupun beliau mengaku orang baru, tapi beliau yakin dengan kekuatan Tuhan, ia sanggup melaksanakan tanggung jawab itu seperti apa yang pernah dialami oleh raja Daud.
Diakhir kisah ini, saya mencoba mengutip kata - kata ibu pendeta yang memimpin ibadah syukuran itu bahwa hidup adalah kesempatan. Gunakan kesempatan itu agar bisa menjadi berkat bagi orang lain.*
Artikel Lawas, 14 April 2018
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!