Saya terus memperhatikan seorang anak muda yang duduknya tidak jauh dari kursi saya. Dia mengambil posisi dekat dengan pintu depan bus. Saya lebih dulu berada di bus itu.
Dalam perjalanan pemuda itu menghentikan bus pagi yang saya tumpangi. Iapun naik. Wajahnya terlihat lugu dengan penampilan yang amat sederhana. Ia masuk ke dalam bus tanpa memperhatikan penumpang lain apalagi memberi senyum pada penumpang yang ada di sampingnya. Sepertinya ia seorang pemalu, begitu pikir saya.
Baca Juga : Berjalan Bersama Firman Tuhan
Dua puluh menit perjalanan tiba - tiba ia menghentikan laju bus itu.
"Berhenti om!". Dan bus itu berhenti. Ia tidak lupa membawa barang bawaan yang diisinya pada sebuah tas yang sudah kumal.
Tiba-tiba di luar sana, saya mendengar konjak (kernet) marah-marah. Ada juga kata-kata makian yang keluar dari mulut si kernet bus itu.
Baca Juga : Hormati Orang Tuamu
"L**u nih. Kalau tidak ada uang jangan naik oto e. Lama lama kau kena pukul nanti," begitu kalimat yang keluar dari mulut kernet itu.
Anak muda itu hanya diam seribu bahasa. Ia sepertinya pasrah dengan keadaan. Kalau dipukul pun dia sudah siap menerimanya.
Seseorang tiba tiba bersuara dari depan. Saya lihat seorang yang sudah tampak tua. Pak tua itu duduk persis disamping pintu depan bis.
"Sudah. Saya yang bayar," kata Pak Tua itu. Ia keluar dari bus dengan tertatih tatih menemui kernet dan pemuda malang itu.
Baca Juga : Syair Dan Nada Cinta "Immortal Love" Cinta Abadi
Sesaat suasana kembali normal. Pak tua itu juga berpenampilan amat sederhana. Tapi ia memberi dalam keterbatasan dirinya. Saya hanya bisa diam.
"Entah sampai kapan saya baru bisa menolong sesama?", kata saya dalam hati sambil menghela napas.
Memang perbuatan Pak Tua itu dalam ukuran kita itu biasa. Namun apa bisa dalam situasi seperti ini kita bisa membantu sesama atau segera memberikan pertolongan?
Baca Juga : Gayaku Biarlah Rock N Roll Soal Tuhan Di Kamar Tidur Saja
Kita mungkin hanya ingin menolong orang yang kita kenal dan juga mempertimbangkan sisi timbal baliknya. Apakah mungkin kelak ia bisa membantu kita atau tidak?
Tapi Pak Tua itu seolah ingin mengingatkan saya bahwa mungkin saja Tuhan menyamar pada orang-orang yang sering dianggap rendah dan keterbelakangan mental. Kata Pak Tua itu lagi bahwa pemuda itu mengalami keterbelakangan mental.*
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!