Terbawa Perasaan

Seorang ibu tua malu malu berjumpa dengan saya. Saya percaya itu bukan karena ia (ibu tua) itu terpesona dengan saya apalagi silau dengan ketampanan saya, hemm (jangan marah!). Pastinya karena ada sesuatu. 

Ibu itu berjalan perlahan. Bibirnya menyunggingkan senyum untuk setiap langkahnya. Senyumnya begitu tulus terpancar. Rupanya saya kenal dengan ibu itu. 

Ada sesuatu di tangannya yang menarik perhatian saya. Ya ada sebuah mbolla pahappa (tempat sirih pinang) di tangannya. Pahappa menjadi suguhan perdana dalam tradisi Sumba Timur disaat menyambut tamu. 

Ia menyodorkan mbolla pahappa kecil yang ada tangannya itu pada saya. Saya menerimanya. Tapi di alas tempat sirih pinang itu ada sesuatu yang diselipkan.

"Itu dari suami saya. Itu dari kami. Itu saja yang bisa diberikan," katanya sambil tersenyum malu. 

Saya hanya tahu seandainya jika harus menjadi pencuri, bukan harta yang saya curi tapi hatinya. Jika saya telah mencuri hatinya dan menyimpannya dengan baik, maka saya percaya akan ada hal-hal besar yang bersumber dari kekuatan hati.

Terima kasih ibu tua, karena kita sudah saling mencuri hati. Engkau telah mencuri hati saya demikian sebaliknya. Caramu itu sampai detik ini bekin saya baper (terbawa perasaan). Salam,

Palakahembi, 19 September 2016

Baca Juga : 

Lorong-Lorong Kenangan, Sekelumit Kisah Pelayaran Ende Waingapu

Pelangi Senja Di Pantai Walakiri

Belajar Bisa Dari Siapa Saja