Jangan menganggap sepele dengan isu makar seperti yang telah disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Karena tidak mungkin seorang jenderal memakai isu makar hanya sekedar ingin mengalihkan isu terkait Aksi Demo 212. Pasti sebelum menyampaikan ke publik informasi dari berbagai sumber intelijen itu diolah agar menjadi sumber informasi yang valid atau dengan kata lain tidak terjadi error intelijen.
Pernyataan Kapolri yang juga dimaklumi oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo semakin menggambar bahwa aksi dengan jumlah massa ratusan ribu orang rentan dengan aksi penyusupan, tidak terkontrol, dan dekat dengan kericuhan. Soalnya, ada indikasi penumpang gelap yang menyusup masuk dan mungkin ingin memanfaatkan aksi tersebut untuk agenda lain diluar tujuan umat Islam yang memohon keadilan terkait kasus Surat Al Maidah 51. Walaupun terlapor Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah menjadi tersangka.
Baca Juga : Mengapa Pastor Tidak Terlibat Dalam Politik?
Memang demo itu tidak dilarang dan hak demo itu dilindungi oleh konstitusi. Tapi ketika demo itu mengarah pada tuntutan yang sifatnya menekan proses hukum itu yang dilarang.
Saya mengakui bahwa isu agama akan membangkitkan solidaritas umat agama tertentu. Itu kita bisa lihat apa yang terjadi pada Aksi Damai 411. Massa tumpah ruah di jalanan. Tapi, agak menjadi aneh ketika tuntutan itu mengarah ke pimpinan negara (Presiden RI) yang dituduh membela tersangka.
Isu ini nanti yang akan dipakai dan dipolitisasi. Seolah olah presiden adalah orang yang terlibat langsung dalam kasus dugaan penistaan agama. Dan mereka akan memaksa presiden memerintah Kapolri untuk menahan dan memenjarakan tersangka (Ahok). Jika tidak, maka presiden diposisikan sebagai presiden yang tidak pro Islam. Isu-isu sensitif lain dibangun: presiden pro asing, pro cukong, pro china, dsb. Dan kelompok yang terlibat dalam kericuhan dan penyebab kericuhan dalam Aksi Damai 411 yang diproses menjadi bagian yang dikriminalisasi.
Baca Juga : Gula-Gula Agama
Ketika isu isu sensitif dan sentimentil ini dihembuskan berkali kali maka apa yang terjadi?
Sebagian umat akan termakan isu dan akan menumbuhkan solidaritas antar mereka untuk melakukan pembelaan. Mereka menjadi marah dan objek yang menjadi sasaran mereka akan diserang. Mereka tidak akan peduli dengan aparat keamanan dan tak mematuhi aturan. Gelombang kemarahan akan menjadi aksi kerusuhan.
Jika kerusuhan terjadi dimana-mana ekonomi kita lumpuh, konflik sosial akan terjadi dimana-mana. Kalau ini yang terjadi maka pemilik modal (dolar) akan membawa pulang dolar ke negaranya atau ke negara lain yang aman. Nilai rupiah akan turun dan tak berharga. Saat itu kita akan kembali memasuki periode 1998 yakni krisis moneter.
Dan pada akhirnya, masyarakat pendemo akan mengarahkan tuntutan mereka ke Presiden dan meminta presiden turun dari singgasananya atau jabatannya sebagai presiden.
Jika skenario ini yang terjadi maka resiko besar yang akan ditanggung oleh anak bangsa. Saya akan membahasnya secara singkat.
Yang jelas cara dan model aksi demonstrasi yang diperagakan oleh umat di Jakarta akan ditiru oleh umat lain di daerah yang mayoritas. Gaya dan modelnya akan ditiru secara persis. Itulah yang perlu dipertimbangkan oleh tokoh-tokoh umat yang akan memprakarsai berbagai aksi demo tersebut.
Baca Juga : Harta, Tahta Dan Wanita
Apa lagi ingin melengserkan presiden dengan cara inkonstitusional. Ilusi kali yeee? Supaya tahu, posisi presiden hari ini diakui sacara konstitusi dan dipilih secara demokratis.
Kita harus menyadari bahwa Indonesia memiliki keberagaman yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Ada kelompok kelompok masyarakat yang mendominasi di daerah tertentu. Nah, kalau isu SARA atau primordial yang dibangun atau dipakai sebagai materi propaganda maka akan terjadi benturan sosial. Artinya kita harus membayar mahal untuk negeri ini.
Jadi seandainya, negara dalam keadaan genting dan untuk menjaga stabilitas negara solusinya: tangkap para pelaku dan penyelenggara demo itu. Pelaku demontrasi yang anarkistis ditangani secara tegas bila perlu represif.
Baca Juga : Pilgub DKI 2016 Dan Politik Ikan
Ingat isu makar pada pemerintah yang sah bukan sekedar isapan jempol. Tertangkapnya sembilan orang terkait anggota teroris yang terlibat dalam demo 411 dan ditangkapnya anggota teroris di Majalengka dengan temuan bom high explosive dua kali lebih besar dari bom Bali mengindikasikan bahwa ada benarnya Demo 212 ada penumpang gelap yang ingin berbuat makar. Salam,
Unclebonn - 29 November 2016
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!