Membaca artikel yang ditulis Pdt. Andreas Anangguru Yewangoe yang diberi judul, Mengapa Kita Tidak Perlu ke Monas Merayakan Natal, pesan yang disampaikan menarik dan sarat makna. Alasan utama yang disampaikan oleh Pak Pdt Andreas adalah alasan teologis. Natal dalam konteks Kristen adalah inkarnasi Ilahi (Allah Bapa) menjumpai manusia yang hina-dina, berlumuran dosa. Justru karena itulah ia dilahirkan di kandang domba. Ia tak memilih dilahirkan di Istana yang megah. Dan menurut saya Allah mencitrakan diri-Nya pribadi yang sederhana.
Baca Juga : Kasih Nyata Seorang Saudara Seindah Kasih Natal
“Kembali ke Monas”
Mestinya kita bersyukur Pemprov DKI memiliki niat adil menawarkan kepada umat Kristen menyelenggarakan perayaan Natal di Monas (Monumen Nasional). Dasar hukumnya Peraturan Gubernur (Pergub) No. 186 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 160 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Kawasan Monumen Nasional, ditetapkan kembali bahwa Monas dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan, sosial, budaya, dan keagamaan.
Jadi agama apa saja boleh melaksanakan kegiatan keagamaan di Monas. Anehnya PGI sebagai organisasi yang memayungi gereja Kristen di Indonesia menolak rencana Pemprov DKI tersebut. Alasan seperti diberitakan oleh media online terkemuka Indonesia baik viva.co.id, detik.com, merdeka.com maupun tribunnews.com kuatir adanya politisasi agama.
Baca Juga : Pria Di Gubuk Sederhana Itu
Saya pun masih menunggu sikap KWI (gereja Katolik) terkait niat baik dan adil Pemprov DKI itu. Apakah gereja Katolik mengambil bagian atau bersikap yang sama seperti PGI? Ditunggu kabarnya.
Pak Pdt Andreas dalam tulisan tersebut tidak secara gamblang menyatakan adanya nuansa politik dalam rencana natal di Monas. Tapi beliau lebih menekankan kesederhanaan dalam merayakan natal. Natal tidak perlu bersukaria di tengah kota. Kita berbagi kebahagiaan di rumah, orang lain disekitar bahkan sesama manusia.
Natal itu umat Kristen atau kaum kristiani harus peka dengan kehidupan manusia yang menderita, yang susah dan tertekan dalam tata kehidupan hari ini. Ini yang mesti menjadi perhatian umat Kristen Indonesia melihat sesama dalam kacamata kemanusiaan.
Jika Pemprov DKI memiliki pos dana untuk natal, sebaiknya dana itu di serahkan ke gereja dan dengan dana itu gereja menyumbangkan untuk korban gempa di Sukabumi, masyarakat korban letusan gunung Agung di Bali, atau warga negara yang sakit dan membutuhkan uluran dana. Dan inilah perwujudan kasih Natal yang sesungguhnya.
Selamat menyongsong Natal dan Salam Damai
Waingapu, 17 Desember 2017
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!